Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dewan Energi Nasional Tekankan Strategi Multi-Pathway dalam Transisi EV

Dewan Energi Nasional menekankan pentingnya strategi multi-pathway dalam melakukan transisi menuju kendaraan listrik (EV).
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik
Ilustrasi kendaraan listrik. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Energi Nasional (DEN) menekankan pentingnya strategi multi-pathway yang memanfaatkan beragam sumber daya sebagai upaya transisi menuju elektrifikasi otomotif (electric vehicle/EV).

Pasalnya, sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, sedangkan pengembangan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) membutuhkan anggaran yang cukup besar, termasuk insentif dari pemerintah.

Anggota Dewan Energi Nasional Agus Pramono mengatakan, seharusnya transisi elektrifikasi otomotif perlu memanfaatkan berbagai sumber daya, tidak hanya memfokuskan pada satu jenis powertrain tertentu.

"Untuk menjalankan program transisi energi khususnya di sektor transportasi, harus dijalankan dengan istilahnya multi-pathway. Jadi apa yang ada harus dijalankan, selama kita punya sumber daya alam dan sumber daya manusianya,” ujarnya dalam diskusi program Factory Hub di kanal YouTube Bisniscom, dikutip Minggu (1/12/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia juga perlu mencontoh berbagai negara yang telah memanfaatkan bahan bakar alternatif jenis bioetanol, salah satunya Brasil yang telah mengembangkan bioetanol sejak 1970-an.

Adapun, bioetanol merupakan bahan bakar alternatif dari nabati seperti tebu, singkong atau jagung yang dapat dicampur dengan bensin dalam kendaraan bermotor pada konsentrasi hingga 10%.

"Kemudian pemerintah Jepang mendeklarasikan mereka akan menggunakan bioetanol E10 pada tahun 2030, dan itu peraturan akan diselesaikan selambatnya pertengahan 2025,” katanya.

Sejauh ini, di Indonesia, implementasi penggunaan campuran bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal dengan istilah E5, ini secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 10% pada 2029. 

Kendati demikian, progres pengembangan bioetanol itu tergolong lambat, sebab jika mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, seharusnya Indonesia sudah menggunakan campuran etanol sebesar 20% pada 2025. 

“Artinya, setiap negara itu akan melakukan transisinya dengan cara mereka sendiri, salah satunya supaya kehidupan ekonomi sosial mereka itu tidak terganggu dan masih tetap jalan," jelas Agus.

Di Indonesia, saat ini sudah ada berbagai pilihan kendaraan elektrifikasi, seperti BEV, hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), hingga flexy fuel yang menggunakan bioetanol. Menurut Agus, semua jenis powertrain itu harus dikembangkan secara optimal.

“Kalau di Indonesia ini sudah ada biofuel, ada BEV, ada hybrid kemudian ada plug-in hybrid (PHEV), ada hidrogen. Kita punya sumber dayanya semua kok, jalankan saja semuanya," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper