Beda Faktor Pengerek Pertumbuhan Ekonomi
Jika pertumbuhan ekonomi Vietnam terutama didorong oleh ekspor dan arus masuk investasi asing yang besar maka Indonesia masih tergantung kepada konsumsi rumah tangga.
Data terakhir dari Badan Pusat Statistik menunjukkan konsumsi rumah tangga mendistribusikan 53,08% dari produk domestik bruto (PDB) pada Kuartal III/2024.
Pemerintah sadar betul ketergantungan Indonesia atas konsumsi rumah tangga itu. Oleh sebab itu, pemerintah ingin agar ekspor (manufaktur) dan investasi digenjot kontribusinya.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menjelaskan ketergantungan atas konsumsi rumah tangga membuat perekonomian Indonesia cenderung stagnan ketika daya beli menurun. Oleh sebab itu, investasi yang berkontribusi sebesar 29,75% ke pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan.
Dia mengungkapkan bahwa Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah menetapkan target investasi lima tahun ke depan agar pertumbuhan ekonomi 8% bisa tercapai.
"Diharapkan pada 2027 [pertumbuhan ekonomi] 8% itu bisa tercapai," jelas Rosan kepada Bisnis, belum lama ini.
Dia merincikan, pada 2024 sebesar Rp1.650 triliun. Jumlah tersebut diharapkan bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 5,2% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,12 juta.
Pada 2025, target investasi mencapai Rp1.906 triliun. Angka tersebut diharapkan bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,45 juta.
Pada 2026, target investasi mencapai Rp2.280 triliun. Diharapkan, angka tersebut bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga 7,6% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,93 juta.
Pada 2027, target investasi mencapai Rp2.684 triliun. Target tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 8,3% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3,44 juta.
Pada 2028, target investasi mencapai Rp3.116 triliun. Jumlah tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan menyerap tenaga kerja sebesar 4 juta.
Terakhir pada 2029, target investasi sebesar Rp3.544 triliun. Angka tersebut diharapkan bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi mencapai 7,8% dan menyerap tenaga kerja sebesar 4,55 juta.
"Kalau kita lihat selama 5 tahun average [rata-rata] pertumbuhan yang pertumbuhan investasi hampir 17% per tahunnya sampai 2029," ujar Rosan.
Sejalan dengan itu, Rosan mengklaim pemerintah terus coba membangun ekosistem dari hulu ke hilir agar manufaktur Indonesia juga berkembang. Rosan mencontoh, jika dahulu nikel hanya diolah menjadi stainless steel maka kini pemerintah juga sedang membangun industrinya.
Menurutnya, para investor melihat kesempatan dari upaya pemerintah untuk memperluas upaya hilirisasi ke industrialisasi tersebut. Dengan begitu, sambung Rosan, investasi bisa terus tumbuh.
"Sehingga beberapa investasi yang masuk, yang dalam finalisasi, bergerak bukan hanya di bidang hilirisasi saja tapi juga industrinya sekarang," ujar Rosan di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta Selatan, Selasa (15/10/2024).