Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mulai benar-benar mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia usai Indonesia resmi bergabung dengan forum ekonomi BRICS.
BRICS merupakan aliansi negara yang dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sebelumnya, BRICS juga telah berhasil menambah beberapa negara anggota baru, yakni Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa internal pemerintah mulai berdiskusi untuk mempertimbangkan pembelian minyak dari Negeri Beruang Merah kendati Rusia tengah dihujani sanksi baru sektor energi yang lebih agresif dari Amerika Serikat (AS).
“Nah, ini sedang kita bahas apakah kita tangkap kesempatan ini [impor minyak dari Rusia],” kata Purnomo dalam acara 'Semangat Awal Tahun 2025' di Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Menurut Purnomo, Rusia memang tengah mencari pangsa pasar baru setelah dilarang untuk mengekspor ke Eropa.
“Sejak perang Ukraina dengan Rusia, itu energi Rusia itu tidak masuk ke Eropa. Mereka berpikir salah satunya dia memasukkan ke wilayah Asia Pasifik,” ucap Purnomo.
Baca Juga
Potensi impor minyak dari Rusia sebelumnya disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Dia menuturkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut azas bebas aktif.
Dengan kata lain, Indonesia bisa menjalin kerja sama dengan negara mana saja selama tidak melanggar aturan. Oleh karena itu, dia mengatakan sah-sah saja jika kelak ada peluang untuk RI bisa membeli minyak dari Rusia. Di sisi lain, saat ini Rusia masih menerima sanksi dari negara Barat imbas invasi ke Ukraina.
"Ketika kita bangun dengan BRICS, dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan, dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?" kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/1/2025).
Dia pun mengatakan Indonesia bakal tetap mengambil peluang kerja sama dengan negara mana saja selama itu menguntungkan. Menurutnya, hal ini tak hanya berlaku bagi negara anggota BRICS, tetapi juga dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
"Artinya, semua peluang yang menguntungkan Indonesia, baik bergabung dengan BRICS maupun dengan OECD, itu saya pikir nggak ada masalah," kata Bahlil.
Senada, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) membuka kesempatan yang sama untuk semua jenis minyak dari negara manapun.
Corporate Secretary KPI Hermansyah Y. Nasroen menjelaskan, KPI dalam melakukan pengadaan feedstock/bahan baku berupa minyak mentah disesuaikan dengan kebutuhan spesifikasi masing-masing kilang. Selain itu, perusahaan juga mempertimbangkan keekonomian kilang menyesuaikan dengan kondisi pasar.
"KPI membuka kesempatan yang sama untuk semua jenis minyak yang dapat dikelola kilang dengan efektif dan efisien," kata Hermansyah kepada Bisnis, Senin (13/1/2025).
Dia menuturkan, proses pengadaan minyak mentah dilakukan dengan mematuhi semua ketentuan baik yang berlaku di internal, nasional maupun internasional.
"Proses pengadaan minyak mentah di KPI juga dilakukan dengan memenuhi standar good corporate governance yang berlaku di perusahaan," jelasnya.