Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stimulus Kilat Bawa Pertumbuhan Ekonomi China Capai Target 5% pada 2024

Pertumbuhan ekonomi China berhasil mencapai target 5% yang ditetapkan pemerintah pada 2024 setelah gelontoran stimulus jumbo.
Gedung Peoples Bank of China (PBOC) di Beijing, China, pada hari Senin, 12 Agustus 2024./Bloomberg
Gedung Peoples Bank of China (PBOC) di Beijing, China, pada hari Senin, 12 Agustus 2024./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi China berhasil mencapai target 5% yang ditetapkan pemerintah pada 2024 setelah gelontoran stimulus kilat dengan nilai jumbo yang dikombinasikan dengan dorongan ekspor. Langkah taktis itu dilakukan sebelum tarif impor AS naik atas produksi negara itu.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) pada Jumat (17/1/2025) menunjukkan, produk domestik bruto (PDB) China untuk tahun penuh 2024 naik 5%, sedikit melampaui estimasi median sebesar 4,9% dalam survei Bloomberg. Sebelumnya, Presiden Xi Jinping pada Malam Tahun Baru mengatakan bahwa negara itu diharapkan dapat memenuhi target pertumbuhan sekitar 5%.

Realisasi ini didorong dengan lompatan perekonomian kuartal IV yang tumbuh 5,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan itu merupakan laju tercepat dalam enam kuartal dan lebih baik dari perkiraan median ekonom sebesar 5%.

Dalam sebuah pernyataan, NBS menyebut bahwa perekonomian China secara keseluruhan stabil dan mengalami kemajuan yang baik pada 2024.

"Namun, kita juga perlu melihat bahwa dampak negatif dari perubahan lingkungan eksternal semakin dalam, permintaan domestik tidak mencukupi, beberapa perusahaan menghadapi kesulitan dengan produksi dan operasi, dan ekonomi masih menghadapi banyak kesulitan dan tantangan," tambahnya.

Jacqueline Rong, Kepala Ekonom China di BNP Paribas SA mengatakan titik terang terbesar dalam perekonomian tahun lalu adalah ekspor, yang sangat kuat terutama jika faktor harga dikecualikan. "Itu berarti masalah terbesar tahun ini adalah tarif AS," ujarnya. 

China telah berjanji untuk melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut dan belanja publik yang lebih kuat tahun ini, karena perekonomian bersiap untuk kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Presiden terpilih AS tersebut telah mengancam tarif setinggi 60% atas barang-barang China yang dapat menghancurkan perdagangan dengan negara Asia tersebut dan merugikan pendorong utama pertumbuhan.

Yuan menguat 0,1% terhadap dolar di pasar dalam dan luar negeri setelah rilis data tersebut. Indeks acuan CSI 300 saham China menghapus kerugian sebelumnya sebesar 0,5%.

Angka-angka tersebut juga menunjukkan bahwa perubahan kebijakan Beijing sejak akhir September membantu melawan hambatan dari kemerosotan properti selama bertahun-tahun dan deflasi yang mengakar.

Produksi industri secara tak terduga kuat, sebagian karena bisnis global melakukan pengiriman lebih awal untuk menghindari pungutan baru. Output naik 6,2% pada Desember dibandingkan dengan tahun sebelumnya, laju tercepat sejak April.

Peningkatan pabrik bulan lalu sangat kontras dengan permintaan yang stagnan di dalam negeri. Penjualan eceran naik pada tingkat yang lebih cepat tetapi masih tumbuh di bawah 4%, sementara pengangguran naik untuk pertama kalinya sejak Agustus. Penjualan properti memperpanjang kontraksi yang dimulai lebih dari setahun yang lalu.

Surplus perdagangan China melonjak ke rekor tahun lalu, catatan positif bagi perekonomian yang mungkin terancam tidak hanya oleh tarif Trump tetapi juga oleh semakin banyaknya negara yang mengeluhkan membanjirnya barang-barang China yang murah. Harga yang turun juga berarti eksportir memperoleh lebih sedikit keuntungan dari produk mereka karena volume perdagangan China melampaui nilainya.

Pertumbuhan PDB nominal China, yang tidak disesuaikan dengan penurunan harga di seluruh perekonomian, meningkat 4,2% pada 2024, berdasarkan perhitungan data resmi Bloomberg. Itu adalah laju paling lambat sejak tahun 2020 dan mencerminkan dampak deflasi yang terus-menerus, yang telah berlangsung selama dua tahun berturut-turut.

Kebijakan fiskal menjadi pusat perhatian dalam dorongan stimulus China tahun ini karena ruang lingkup pelonggaran moneter dibatasi oleh meningkatnya tekanan pada yuan untuk terdepresiasi dan kekhawatiran arus keluar modal.

Bank sentral China, People's Bank of China (PBOC), sejauh ini menahan diri untuk tidak mengambil langkah-langkah seperti pemotongan rasio persyaratan cadangan bank, yang memengaruhi jumlah uang yang dapat mereka pinjamkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper