Sebelum pelantikannya, muncul laporan bahwa Trump mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional untuk mengizinkan tarif baru, tetapi langkah tersebut belum diumumkan.
"Meskipun tindakan langsung Pemerintahan Trump tidak mengarah pada penerapan tarif baru dengan segera, memorandum tersebut menunjukkan upaya yang jelas dan metodis untuk meletakkan dasar bagi tindakan tarif di masa mendatang dan tindakan lainnya," jelas laporan tentang perintah eksekutif tersebut oleh firma hukum Baker Mckenzie.
Trump secara agresif menargetkan China selama masa jabatan pertamanya terkait perdagangan, yang memicu bentrokan yang membentuk kembali rantai pasokan dan ekonomi global, dan pemerintahannya telah mengisyaratkan niatnya untuk melanjutkan pendekatan yang keras.
Trump berbicara dengan mitranya dari China Xi Jinping beberapa hari sebelum pelantikannya yang kedua, dalam panggilan telepon di mana mereka membahas perdagangan, fentanil, dan aplikasi media sosial TikTok milik ByteDance Ltd.
Trump mengatakan, dia tidak terlalu banyak berbicara tentang tarif dengan XI Jinping. Namun, dia menyebut Xi Jinping telah mengetahui posisinya.
"Lihat, saya mengenakan tarif besar pada China. Saya telah menerima ratusan miliar dolar. Sampai saya menjadi presiden, China tidak pernah membayar sedikit pun kepada Amerika Serikat," katanya.
Sebelumnya pada hari Selasa, Wakil Perdana Menteri China Ding Xuexiang mengatakan pihaknya akan memperluas impornya, dengan mengatakan negara tersebut tidak mencari surplus perdagangan.
"Kami ingin mengimpor lebih banyak produk dan layanan yang kompetitif dan berkualitas untuk mempromosikan perdagangan yang seimbang," kata Ding pada hari Selasa di Forum Ekonomi Dunia tahunan di Davos, Swiss, tanpa menyebut nama negara lain.