Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memproyeksi pembangkit listrik tenaga gas uap atau PLTGU Jawa-1 mampu menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta ton setara Co2 per tahun.
PLTGU yang diresmikan Presiden Prabowo SUbianto pada 20 Januari 2025 itu dikelola oleh PT Jawa Satu Power perusahaan konsorsium subholding Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bersama Marubeni dan Sojitz.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, beroperasinya PLTGU Jawa-1 menjadi titik pencapaian penting sekaligus menambah portofolio pemanfaatan energi bersih dalam bisnis Pertamina.
Pasalnya, gas alam berperan sangat strategis dalam periode transisi energi dan mendukung ketahanan energi nasional.
"PLTGU Jawa-1 berkapasitas 1.760 MW dan terbesar di Asia Tenggara, dilengkapi teknologi canggih yang memiliki nilai tambah pada aspek operasional, finansial, dan lingkungan untuk mendukung ketahanan energi khususnya di area Jawa-Bali,” jelas Fadjar melalui keterangan resmi dikutip Selasa (28/1/2025).
Fadjar memerinci, PLTGU ini dilengkapi fasilitas penyimpanan sekaligus regasifikasi LNG yang berada di atas sebuah kapal terapung atau disebut juga Floating Storage Regasification Unit (FSRU).
Baca Juga
PLTGU Jawa-1 juga menggunakan teknologi single-shaft combined cycle gas turbine (CCGT), generasi terbaru yang membantunya beroperasi lebih efisien dan menghemat biaya produksi listrik.
“Teknologi yang digunakan memiliki fitur peningkatan daya yang lebih cepat, berperan penting dalam mendukung jaringan listrik yang berlokasi di Cilamaya, Karawang sebagai penstabil frekuensi yang andal, memastikan pasokan listrik yang stabil saat adanya fluktuasi daya pada jaringan,” tambahnya.
Menurut Fadjar, hal ini juga berdampak langsung terhadap kebermanfaatan masyarakat. Ini khususnya dalam mengurangi potensi rugi hilang listrik pada saluran transmisi dalam proses pengiriman listrik untuk wilayah industri dan masyarakat.
Terlebih, kata dia, pembangkit ini berlokasi strategis, yaitu di pusat beban listrik area Jawa-bali.
Selain itu, pembangkit ini juga memiliki teknologi black start capability yang memungkinkan untuk melakukan self start up. Dengan begitu, masa tunggu untuk proses sinkronisasi pada saat pemulihan apabila terjadi pemadaman listrik akan lebih cepat.