Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Buah Amran Ungkap Tantangan Sektor Pertanian di 2025, Apa Saja?

Kementan mengungkap sederet tantangan yang membayangi sektor pertanian Indonesia di 2025. Apa saja tantangannya?
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman
Buruh tani memanen padi di lahan persawahan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/8/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap sederet tantangan yang membayangi sektor pertanian Tanah Air di 2025. Sejumlah upaya perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut.

Staf Ahli Menteri Pertanian Suwandi menyampaikan, tantangan pertama yang dihadapi yakni perubahan iklim. Bahkan, beberapa waktu lalu sempat terjadi El Nino, diikuti La Nina lemah yang tengah terjadi saat ini. 

“Sektor pertanian adalah sektor yang kena dampak dan sudah kita rasakan waktu lalu air-air susah, sekarang musim hujan banyak air juga repot,” kata Suwandi dalam seminar nasional: Outlook Sektor Pertanian 2025, Senin (3/2/2025).

Geopolitik global juga menjadi tantangan bagi sektor pertanian. Suwandi menyebut, kondisi ini telah menyebabkan harga bahan baku pupuk menjadi mahal yang berujung pada melonjaknya harga pupuk serta mengganggu perdagangan secara global.

Tantangan lainnya yakni jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, termasuk Indonesia. Dalam hal ini, Suwandi, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap, kebutuhan konsumsi beras di Indonesia bertambah sekitar 1.300-1.400 ton per tahun.

Tantangan dari dalam negeri turut membayangi sektor pertanian Tanah Air. Suwandi mengatakan, alih fungsi lahan utamanya di Pulau Jawa menjadi tantangan, seiring dengan pembangunan sektor-sektor industri, perumahan, infrastruktur, jalan, dan lainnya.

“Ini memengaruhi jumlah luas lahan sawah kita,” ujarnya.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi saat ini diperkirakan masih terus berlangsung ke depannya. Kendati begitu, dia menilai perlu ada upaya untuk mengantisipasi dampak dari tantangan-tantangan tersebut. 

Salah satunya, dengan membuka lahan-lahan tidur, terlantar, bekas lahan hutan, hingga bekas kebun. Tentunya, kata dia, hal ini dilakukan dengan memerhatikan aspek-aspek agroekosistem, kelayakan secara teknis, ekonomis, maupun aspek sosial budaya.

“Pemerintah merancang program perluasan areal tanam, salah satunya di cetak sawah,” ungkapnya.

Selain itu, memanfaatkan teknologi yang ada seperti smart farming dan pertanian presisi untuk mengembangkan sistem pertanian lokal yang lebih modern. Dia meyakini, adanya dukungan teknologi dapat membantu meningkatkan produksi dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper