Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berjanji akan berkoordinasi dan menindaklanjuti kerja sama Emirate Global Alumunium/EGA dengan PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum yang belum terealisasi.
Hal tersebut dirinya sampaikan kepada CEO EGA Abdulnasser Ibrahim Saif Bin Kalban di sela-sela acara the World Government Summit 2025 di Dubai, Rabu (12/2/2025).
Airlangga juga menyampaikan bahwa stakeholder terkait juga perlu dilibatkan untuk percepatan implementasi komitmen kerja sama.
“Kerja sama perlu dilakukan dengan pihak lain seperti PLN untuk mengembangkan tenaga listrik rendah karbon guna memenuhi pasokan listrik yang mencukupi untuk produksi aluminium,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (16/2/2025).
Realisasi kerja sama EGA dan Inalum menjadi penting di Sumatra Utara tersebut. Airlangga meminta agar kerja sama ini memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia dan melibatkan sektor swasta di Indonesia.
“Perlu dipastikan bahwa kerja sama sektor aluminium ini memiliki dampak ekonomi yang besar terutama dalam penciptaan lapangan kerja,” lanjutnya.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, CEO EGA Abdulnasser menyatakan bahwa pihaknya telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama strategis dengan Inalum dalam mendorong ekspansi produksi dan sekaligus mendorong hilirisasi industri aluminium yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk Indonesia. EGA telah menyepakati kerja sama dengan untuk memperluas smelter di utara Sumatra hingga 400.000 ton/tahun.
Sayangnya, proyek kerja sama tersebut belum terealisasi karena faktor tingginya biaya listrik dan pasokan listrik rendah karbon, yang digunakan untuk memproduksi aluminium hijau.
Untuk diketahui, EGA merupakan perusahaan produsen aluminium premium terbesar di dunia, yang memiliki smelter aluminium di Dubai dan Abu Dhabi, dan merupakan perusahaan industri terbesar di Persatuan Emirat Arab (PEA) di luar sektor minyak dan gas.
EGA juga telah melakukan pengembangan teknologi secara mandiri dalam hal peleburan aluminium dan melakukan berbagai studi untuk penggunaan teknologi tinggi di Smelter Inalum Kuala Tanjung Sumatera Utara untuk mencapai peningkatan produksi hingga 400.000 ton per tahun, sehingga diharapkan akan bisa mengeksplorasi potensi-potensi baru dalam sektor industri pengolahan aluminium di Indonesia.
CEO Abdulnasser juga menyampaikan bahwa EGA menggunakan solar panel sebagai sumber tenaga pengolahan aluminium dan berencana akan menjajaki alternatif pengembangan energi bersih di Indonesia.
Sebagaimana diketahui pemerintah juga sedang mendorong pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), pengembangan hidrokarbon, serta teknologi baru yang meliputi hidrogen, nuklir, dan baterai.
“Dengan kemampuan dan teknologi maju yang kami gunakan, dan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia akan menghasilkan alumina terbaik dalam jumlah yang besar lanjut Abdulnasser.