Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham di kawasan Asia bersiap menghadapi minggu yang menantang seiring dengan para investor yang fokus pada risiko geopolitik saat tarif Presiden AS Donald Trump meluncur kembali.
Dilansir Bloomberg pada Senin (24/3/2025), pasar modal di Australia, Jepang, dan China melemah saat dibuka pada hari ini, sedangkan terdapat sinyal penguatan di Hong Kong.
Harga berjangka AS naik pada perdagangan awal di Asia, setelah saham ditutup sedikit lebih tinggi pada hari Jumat di tengah berakhirnya opsi utama. Dolar stabil terhadap mata uang utama lainnya pada hari Senin.
Kewaspadaan pasar dimulai ketika para investor menavigasi segala hal, mulai dari peningkatan pergolakan politik di Turki hingga tanda-tanda bahwa putaran tarif AS berikutnya yang jatuh tempo pada 2 April siap untuk lebih terarah daripada sebelumnya, kata pejabat yang mengetahui masalah tersebut.
"Saat langit mulai memerah dan gelap, dan tekanan atmosfer meningkat di pasar modal, pelaku pasar mempertanyakan apakah sudah waktunya untuk bersiap menghadapi badai ketidakpastian," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group di Melbourne.
Dia menambahkan, banyak investor yang akan melihat risiko bahwa ketidakpastian yang diketahui ini pada akhirnya dapat terbukti mengguncang pasar.
Baca Juga
Indeks S&P 500 ditutup menguat 0,1% pada perdagangan Jumat (21/3/2025) saat lebih dari US$21 miliar saham berpindah tangan di bursa AS. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik tipis, sedangkan dolar menguat untuk hari ketiga di tengah kecemasan atas kebijakan perdagangan AS.
Perdana Menteri China Li Qiang pada akhir pekan lalu mengatakan negara itu siap menghadapi guncangan yang melebihi ekspektasi dari pengumuman tarif yang akan datang.
Sebelum menguraikan rencana belanja negara pada hari Selasa, Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers memperingatkan dampak kebijakan pemerintahan AS yang baru akan memiliki dampak seismik pada ekonomi global.
"Kami memperkirakan kebocoran media tentang rezim tarif baru, dan mungkin komentar publik dari Presiden Trump, akan mendukung dolar AS minggu ini," tulis ahli strategi Commonwealth Bank of Australia yang dipimpin oleh Joseph Capurso dalam sebuah catatan kepada klien.
Dia juga menilai pelaku pasar belum memperkirakan cukup banyak berita buruk bagi ekonomi dunia dari pengumuman tarif yang akan datang.
Investor juga bersiap menghadapi volatilitas yang lebih tinggi pada saham dan obligasi Turki setelah seorang politikus oposisi utama ditangkap secara resmi.
Bank sentral negara itu mengadakan pertemuan teknis dengan pelaku perbankan pada hari Minggu kemarin sebagai persiapan menghadapi volatilitas yang lebih tinggi, sementara regulator pasar memberlakukan larangan penjualan singkat pada saham.
Adapun, pada perdagangan akhir pekan lalu, indeks berjangka Hang Seng ditutup menguat 0,2%, sedangkan S&P/ASX 200 dan Nikkei 225 melemah masing-masing sebesar 0,5% dan 0,2%.