Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas pabrik di China melanjutkan tren ekspansinya pada Maret 2025 menjelang pemberlakuan tarif AS yang dapat semakin memperburuk hubungan dagang.
Data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dikutip Bloomberg pada Senin (31/3/2025) mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur China pada Maret 2025 sebesar 50,5, naik tipis dibandingkan dengan 50,2 pada Februari.
Sebelumnya, rata-rata ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan PMI manufaktur China akan beraada pada 50,4. Adapun, angka di atas 50 menunjukkan adanya peningkatan atau ekspansif. Sementara di bawah 50 menandakan kontraksi.
Ukuran aktivitas nonmanufaktur di sektor konstruksi dan jasa naik menjadi 50,8 dari 50,4 bulan lalu. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebesar 50,6.
Angka PMI manufaktur menjadi gambaran kesehatan ekonomi China sebelum pemerintahan Trump diharapkan untuk terus maju dengan tarif timbal balik. China telah memperingatkan Washington bahwa mereka akan membalas jika AS melanjutkan pungutan tersebut.
Presiden AS Donald Trump telah mengenakan tarif sebesar 20% pada pengiriman China sejak masa jabatan keduanya dimulai pada bulan Januari.
Baca Juga
AS juga akan menyelesaikan peninjauan minggu ini atas kepatuhan Beijing terhadap kesepakatan perdagangan fase satu yang dicapai selama masa jabatan pertama Trump.
China melaporkan data minggu lalu yang menunjukkan laba di perusahaan industri mengalami kontraksi pada awal tahun, yang menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan bagi perekonomian.
Xing Zhaopeng, ahli strategi senior China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd., menggambarkan data PMI Maret sebagai "campuran".
"Pabrik-pabrik mengurangi stok dengan harga yang lebih murah sementara mereka memangkas jumlah impor dan persediaan bahan baku. Kami memperkirakan momentum akan sedikit melambat pada kuartal kedua dan dukungan kebijakan diperlukan," katanya.
Para pembuat kebijakan China akan menurunkan jumlah dana yang harus disimpan bank sebagai cadangan "tanpa ragu-ragu," jika guncangan tarifnya besar, tambahnya.
Pada Jumat (28/3/2025) lalu, Presiden China, Xi Jinping menyelenggarakan pertemuan dengan puluhan eksekutif perusahaan global terkemuka, termasuk Stephen A. Schwarzman dari Blackstone Inc. dan Jay Y. Lee dari Samsung Electronics Co., dalam upaya untuk membalikkan penurunan investasi asing yang menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi.
Dia meminta para eksekutif untuk melawan proteksionisme, dengan berusaha memanfaatkan reaksi keras terhadap tarif AS dan menggambarkan negaranya sebagai mitra yang dapat diandalkan.
Perdana Menteri China, Li Qiang mengatakan bulan ini bahwa negaranya siap menghadapi guncangan yang melampaui ekspektasi menunjukkan keyakinan bahwa pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini.
Para ekonom mengatakan Beijing mungkin perlu mengeluarkan triliunan yuan dalam bentuk stimulus untuk mencapai tujuan itu jika tarif melonjak.