Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, produksi tahun ini memiliki pola yang mirip dengan pola produksi di 2022, dengan puncak produksi terjadi pada Maret.
“Ini berbeda dengan pola produksi tahun lalu yang puncak panennya di April,” kata Khudori kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).
Dia mengatakan, produksi yang cukup baik ini didukung oleh iklim cuaca yang normal. Khudori merujuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, cuaca pada tahun ini diperkirakan normal.
Dengan demikian, besar kemungkinan di bulan-bulan berikutnya, produksi juga tidak tertekan seperti 2023 imbas adanya fenomena El Nino. Melihat kondisi tahun ini, Khudori optimistis produksi pada 2025 lebih besar dibanding tahun sebelumnya atau pada 2024.
Merujuk data KSA BPS, produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan masyarakat mencapai 30,62 juta ton. Jumlah tersebut turun sebanyak 480.040 ton atau 1,54% dibanding produksi beras di 2023 yang mencapai 31,10 juta ton.
Khudori mengatakan, produksi di 2024 merupakan yang terendah dalam 7 tahun terakhir. Sementara itu, Khudori memperkirakan bahwa produksi beras tahun ini tidak jauh berbeda dengan produksi di 2022.
Baca Juga
Masih merujuk data KSA BPS, produksi beras di 2022 mencapai sekitar 31,54 juta ton, atau naik sebesar 184,50 ribu ton atau 0,59% dibandingkan produksi beras di 2021.
“Perkiraan saya, produksi tahun ini tak jauh dari produksi 2022,” ujarnya.
Swasembada Beras
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa memperkirakan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan pada tahun ini berkat sejumlah faktor, salah satunya adalah stok beras yang terjaga.
“Terkait dengan swasembada beras, saya pastikan tercapai,” kata Andreas pada Januari 2025.
Dia menuturkan, stok beras awal tahun ini ditopang oleh importasi 2024 yang mencapai antara 4,1 - 4,2 juta ton. Kemudian di 2023, pemerintah telah mendatangkan 3,06 juta ton beras dari luar negeri.
Dengan demikian, dia memperkirakan stok awal 2025 di angka 7,5 juta ton. Stok beras yang mencapai 7,5 juta ton itu, kata Andreas, dapat dikatakan aman lantaran rasio stok terhadap penggunaan atau stock to use ratio sebesar 24,3%.
Selain itu, swasembada beras tahun ini juga dipicu oleh fenomena cuaca El Nino di 2023-2024. Kondisi ini telah menyebabkan mundurnya masa tanam sehingga produksi padi dalam negeri mengalami penurunan sebesar 2,5% di 2024.
Sejalan dengan hal itu, Andreas memperkirakan produksi padi di 2025 akan meningkat sekitar 3%-4% atau setara 1-1,5 juta ton beras. Melihat kondisi ini, dia optimistis stok beras dalam negeri amat sangat mencukupi tahun ini.
“Beras amat sangat cukup 2025 dan kita akan mencapai swasembada beras di 2025,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengeklaim stok beras dalam negeri dalam kondisi aman. Dia menyebut, stok beras di gudang saat ini telah mencapai 2,4 juta ton. Bahkan, pada akhir bulan ini, jumlah tersebut diperkirakan bisa melonjak hingga 3 juta ton.
"Ini merupakan angka tertinggi selama 10-20 tahun terakhir, kalau tidak salah laporan tadi. Tertinggi stok kita di gudang," kata Andi saat memberikan laporan kepada Presiden Prabowo Subianto, Senin (7/4/2025).
Mentan menegaskan bahwa petani di seluruh Indonesia kini merasakan dampak positif dari penambahan kuota pupuk yang telah meningkat dua kali lipat.
“Alhamdulillah, setelah kami keliling seluruh Indonesia, petani sudah puas dengan tambahan pupuk dua kali lipat. Sehingga hasilnya adalah produksi meningkat 52 persen pada Januari, Februari, dan Maret, sesuai dengan data BPS,” ujarnya.