Bisnis.com, JAKARTA -- Bhumi Varta Technology (BVT), perusahaan pengembang perangkat lunak geospasial dan analitik lokasi asal Indonesia tengah mempertimbangkan pemindahan kantor pusat ke Singapura.
Langkah ini muncul seiring meningkatnya kekhawatiran dari para investor terkait ketidakstabilan politik, pemberitaan negatif terhadap ekosistem bisnis rintisan atau startup di Indonesia, serta minimnya manfaat nyata dari pendirian kantor pusat di dalam negeri.
Didirikan pada 2018 oleh Martyn Terpilowski, BVT telah berkembang menjadi perusahaan dengan sekitar 160 karyawan di kantor pusat, Tangerang. Perusahaan ini juga telah melakukan ekspansi ke Vietnam pada Oktober 2024 dan berencana membuka kantor di Jepang pada pertengahan 2025.
Berfokus pada pengembangan perangkat lunak geospasial, BVT kini memiliki portofolio lebih dari 70 klien, termasuk perusahaan besar seperti Esteh Indonesia, SC Johnson, Danone, Astra Honda, FIF, serta lembaga pemerintah seperti Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Berbeda dengan banyak startup lainnya, pendanaan BVT berasal dari sekelompok kecil investor swasta, termasuk Terpilowski sendiri, bukan dari modal ventura.
Founder BVT, Martyn Terpilowski, mengungkapkan selain Singapura, BVT juga tengah mengkaji kemungkinan relokasi ke Hong Kong, Kawasan Ekonomi Khusus Fukuoka di Jepang, bahkan ke Abu Dhabi.
Baca Juga
Salah satu pertimbangan utama karena kepatuhan penuh BVT terhadap permintaan konten lokal yang selama ini tidak memberikan manfaat signifikan, meskipun beberapa kebijakan mengatakan penggunaan produk lokal jika memungkinkan.
Membangun perusahaan perangkat lunak global pertama dari Indonesia adalah impian Terpilowski. Dia mengaku selama ini menolak berbagai saran untuk pindah, tetapi kini menyadari bahwa waktunya mungkin telah tiba.
“Sayangnya, meskipun banyak pembicaraan dan acara besar, kami tidak merasakan manfaat nyata sebagai perusahaan 100% lokal di sini. Mungkin karena saya orang asing, saya tidak tahu. Tapi dengan pertumbuhan dan ekspansi kami, bantuan yang kami terima sangat minim, padahal kami bisa benar-benar membawa nama Indonesia ke panggung global,” ujar Terpilowski, dikutip Jumat (11/4/2025).
Menurutnya, untuk membawa perusahaan ini ke tingkat global, dia membutuhkan pendanaan lebih lanjut dan beberapa mitra terdekatnya memiliki kekhawatiran terhadap status sebagai perusahaan berbasis Indonesia, terutama jika tidak ada dukungan atau keuntungan yang jelas.
“Kami telah mencoba menunjukkan apa yang kami kerjakan kepada pemerintah, bahkan mengundang menteri ke kantor kami, namun sangat sulit mendapatkan dukungan. Sementara itu, kami melihat beberapa pihak lebih mendukung perusahaan-perusahaan lain yang kini tengah mengalami krisis finansial,” tambahnya.
Dia menegaskan, jika kondisinya tidak mendukung dan para investor merasa khawatir, maka sangat disayangkan, tidak ada alasan kuat untuk tetap berdomisili di Indonesia.
Untuk saat ini, BVT tetap berkomitmen mengembangkan sebagian besar perangkat lunaknya di Indonesia, sembari terus meningkatkan kapasitas pengembangan di Vietnam.