Bisnis.com, JAKARTA — Tren penjualan eceran pada Februari 2025 atau pada masa menjelang Ramadan menunjukkan perlambatan dari periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
Mengacu data Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), penjualan eceran meningkat 3,3% secara bulanan atau month to month/MtM dan 2% secara year on year (YoY) pada Februari 2025. Peningkatan tersebut terjadi usai kontraksi 4,7% MtM pada Januari 2025.
Untuk kinerja penjualan eceran pada Maret 2025 yang bertepatan dengan Ramadan dan menjelang Idulfitri, diperkirakan tumbuh 0,5% secara tahunan.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan kenaikan secara bulanan tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan masyarakat menjelang Ramadan dan HBKN Idulfitri.
"Peningkatan penjualan tersebut terutama ditopang oleh Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau, dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor," ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Rabu (16/4/2025).
Meski mengalami kenaikan secara bulanan maupun tahunan, jika dibandingkan dengan masa jelang Ramadan pada tahun lalu (1 Ramadan = 12 Maret 2024), Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2024 tumbuh hingga 9,9% MtM dan 9,3% YoY.
Baca Juga
Bahkan pada Maret 2023 yang juga memasuki masa menjelang Ramadan, penjualan eceran mampu tumbuh 7% MtM dan 4,9% YoY.
Secara bulanan, penjualan untuk Peralatan Informasi dan Komunikasi menjadi kelompok yang paling tertekan dengan kontraksi paling dalam, sebesar 3,6% MtM. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, kelompok ini mampu tumbuh 15,9%.
Kelompok lainnya yang mengalami kontraksi yakni Suku Cadang dan Aksesori sebesar 1,2% pada Februari 2025. Untuk kelompok Barang Budaya dan Rekreasi mengalami kontraksi 0,1% MtM, usai kontraksi 6,5% pada bulan sebelumnya.
Sementara untuk kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, Barang Lainnya, serta Subkelompok Sandang masih tumbuh kuat masing-masing sebesar 4,2% MtM, 4,3%, dan 4,6%.
Adapun menurut data Mandiri Spending Index per 6 April 2025, terjadi downtrading sejak pra-Ramadan. Dari periode pra hingga Ramadan 2025, aktivitas belanja terpantau lebih sering, tetapi basket value-nya semakin berkurang, terutama di periode Ramadan.
Perilaku ini menunjukkan bagaimana masyarakat membuat penyesuaian konsumsi dengan kapasitas fiansialnya di tengah tantangan ekonomi saat ini.
Sementara itu, usai Lebaran masyarakat terpantau berbondong-bondong membeli emas. Emas saat ini banyak diburu di tengah harganya yang sedang melambung. Pada awal pekan ini harganya menyentuh rekor tertinggi baru di level US$3.236 pada hari Senin (14/4/2025) pukul 10.42 waktu Singapura.
Tingginya antusiasme masyarakat untuk mengoleksi logam mulia sudah tecermin sejak 2024. Hal itu tergambar lewat realisasi penjualan emas Antam yang mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Berdasarkan data Antam, volume penjualan emas pada 2024 mencapai 43,78 ton atau melonjak 68% dibanding tahun sebelumnya sebanyak 26,13 ton.
Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau Bank BCA David Sumual menyampaikan bahwa persepsi konsumen tersebut memang mengalami penurunan, terlihat dari perilaku belanja masyarakat.
“Penjualan barang durables memang relatif lemah, ada indikasi pembelian barang ke barang yang lebih murah [downtrading],” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/4/2025).