Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) optimistis proses negosiasi yang tengah dilakukan pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terkait penerapan tarif resiprokal akan berbuah hasil positif bagi kedua negara.
Adapun, tim delegasi Indonesia yang menjadi perwakilan dalam perundingan pada 16-23 April 2025 yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dan Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan pelaku usaha meyakini proses negosiasi akan memberikan dampak positif. Pihaknya juga mengapresiasi pemerintah yang telah menerima masukkan dunia usaha dalam proses perumusan negosiasi nasional.
"Kami percaya bahwa negosiasi yang sedang berlangsung dapat menghasilkan solusi yang tidak hanya menjaga hubungan strategis Indonesia-AS, tetapi juga memperkuat daya saing nasional dan perlindungan terhadap industri dalam negeri," kata Shinta, Jumat (18/4/2025).
Menurut Shinta, pemerintah juga cukup tanggap dalam memberikan langkah strategis untuk merespons dinamika kebijakan tarif Trump. Sejumlah masukan strategis dunia usaha juga masuk dalam pertimbangan posisi negosiasi pemerintah.
Masukan Dunia Usaha
Dia menyebutkan beberapa masukan seperti mengidentifikasi komoditas-komoditas AS yang dapat ditingkatkan impornya tanpa mengganggu industri dalam negeri, seperti kapas, kedelai, gandum, crude oil, dan lainnya.
Baca Juga
Apindo juga merekomendasikan penyelesaian hambatan non-tarif (non-tariff measures) seperti mekanisme import licensing, local content (TKDN berbasis insentif), quantitative restrictions, sertifikasi halal, dan lain-lain.
Selain itu, pelaku usaha juga mendorong penguatan mekanisme trade remedies, seperti: Anti-dumping, Countervailing duties (anti-subsidi), dan safeguard measures untuk melindungi pasar domestik dari potensi limpahan barang impor pascapenerapan tarif resiprokal AS.
Pihaknya juga yang merekomendasikan dan mengusulkan deregulasi agar mendukung daya saing industri dalam negeri.
"Lebih dari itu, Apindo juga telah memfasilitasi kerjasama antara mitra usaha di dalam dan luar negeri untuk memastikan bahwa komitmen peningkatan impor (buying commitment) dari AS dapat dicapai secara terukur, tanpa menimbulkan gangguan terhadap industri dan produksi dalam negeri," jelasnya.
Di samping itu, pengusaha juga mendorong agar proses ini dapat menjadi pintu masuk menuju kemitraan strategis (strategic partnership) yang lebih luas antara Indonesia dan Amerika Serikat, termasuk dalam pengembangan sektor critical minerals, teknologi, pendidikan, dan lainnya.
Shinta menuturkan bahwa dunia usaha siap mendukung dan menindaklanjuti inisiatif-inisiatif konkret di bidang ini melalui kolaborasi kerjasama investasi, penguatan rantai pasok, dan pembentukan ekosistem yang kompetitif.
"Kami memahami bahwa saat ini belum ada kesepakatan final antara Indonesia dan AS, dan proses negosiasi secara resmi telah dimulai dengan tenggat waktu penyelesaian dalam 60 hari," jelasnya.
Dalam hal ini, dia menuturkan, Apindo menghormati bahwa proses negosiasi tersebut merupakan ranah kesepakatan antar-pemerintah (G2G).
Sementara itu, dunia usaha juga ikut berperan dalam menjalankan perannya dengan mengidentifikasi peluang dan memberikan masukan berbasis kondisi lapangan serta menjajaki potensi kerja sama konkret yang bisa dimobilisasi sebagai bagian dari kompromi yang konstruktif.
"Dari sisi dunia usaha, fokus utama kami sekarang tetap pada pembenahan struktural di dalam negeri, terutama deregulasi yang memang selama ini menjadi salah satu hambatan utama dalam berusaha," terangnya.
Namun, dia menegaskan, langkah tersebut juga bukan hanya menjadi perhatian dari AS atau mitra dagang lainnya, tapi memang pain point yang dirasakan oleh pelaku usaha kita sendiri.
"Karena itu kami terus mendorong percepatan agenda deregulasi dan debirokratisasi, serta berharap agar pembentukan Satgas Deregulasi yang pernah dibahas bisa segera direalisasikan dan melibatkan kalangan dunia usaha secara aktif," pungkasnya.