Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan bea masuk baru untuk solar panel yang berasal dari empat negara Asia Tenggara (Asean).
Dilansir Bloomberg pada Selasa (22/4/2025), kebijakan tersebut menjadi angin segar untuk produsen domestik di saat pengembangan sumber energi terbarukan di AS mengalami sejumlah tantangan.
Bea masuk baru itu diumumkan pada Senin kemarin usai penyelidikan dalam waktu satu tahun menemukan bukti bahwa produsen solar panel di Kamboja, Vietnam, Malaysia, dan Thailand mendapatkan keuntungan dari subsidi pemerintah dan menjual ke AS dengan Harga lebih rendah dari biaya produksi.
Penyelidikan tersebut diminta oleh produsen solar panel dalam negeri AS dan dimulai sejak pemerintahan Presiden Joe Biden.
Bea masuk nasional ditetapkan setinggi 3.521% untuk Kamboja, yang mencerminkan keputusan negara tersebut untuk berhenti berpartisipasi dalam penyelidikan, menurut Departemen Perdagangan.
Perusahaan yang tidak disebutkan namanya di Vietnam dikenakan bea masuk sebesar 395,9% dan Thailand ditetapkan sebesar 375,2%. Tarif nasional untuk Malaysia ditetapkan sebesar 34,4%.
Baca Juga
Jinko Solar dinilai bea masuk sekitar 245% untuk ekspor dari Vietnam dan 40% untuk ekspor dari Malaysia. Trina Solar di Thailand dikenakan pungutan sebesar 375% dan lebih dari 200% dari Vietnam. Modul JA Solar dari Vietnam dapat bea masuk sekitar 120%.
Meskipun bea masuk itu disebut menguntungkan produsen dalam negeri, tetapi ada risiko merugikan pengembang energi terbarukan AS yang telah lama bergantung pada pasokan asing yang murah, sehingga meningkatkan ketidakpastian bagi sektor yang terombang-ambing oleh perubahan politik dan kebijakan di Washington.
Pemungutan bea masuk tersebut akan menjadi tambahan bagi bea masuk baru yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump yang telah menganggu rantai pasokan dan pasar global.
Bea masuk antidumping dan bea masuk imbalan, sebagaimana dikenal, dirancang untuk mengimbangi nilai subsidi dan penetapan harga yang diduga tidak adil, sebagaimana dihitung oleh Departemen Perdagangan AS.
Keputusan departemen tersebut merupakan kemenangan bagi manufaktur dalam negeri yang telah coba digalakkan oleh Trump dan Biden. Penerima manfaat potensial termasuk Hanwha Q Cells dan First Solar Inc.
Meskipun janji subsidi dan permintaan yang dipicu oleh Undang-Undang Pengurangan Inflasi Biden telah membantu mendorong gelombang minat dan investasi di pabrik panel surya domestik baru di seluruh AS, produsen memperingatkan bahwa pabrik-pabrik tersebut terancam oleh pesaing asing yang menjual peralatan mereka dengan harga di bawah harga pasar.
"Ini adalah kemenangan yang menentukan bagi manufaktur Amerika," kata Tim Brightbill, wakil ketua praktik perdagangan internasional Wiley dan penasihat hukum utama untuk koalisi perusahaan tenaga surya yang menangani kasus tersebut.
Adapun, menurut BloombergNEF, AS mengimpor peralatan surya senilai US$12,9 miliar pada tahun lalu dari empat negara yang akan dikenai bea masuk baru. Jumlah tersebut mewakili sekitar 77% dari total impor modul.