Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Miris! Banyak Pabrik Olahan Kelapa Tutup & PHK Massal Imbas Krisis Bahan Baku

Krisis bahan baku kelapa bulat telah menghantam industri olahan yang berimbas pada penutupan pabrik hingga berujung PHK Massal.
Proses pengolahan kelapa di Lombok Utara./Bisnis
Proses pengolahan kelapa di Lombok Utara./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) mengungkap krisis bahan baku kelapa bulat telah menghantam industri olahan yang berimbas pada penutupan pabrik hingga berujung PHK Massal

Ketua Bidang Industri Aneka Produk Kelapa HIPKI, Dippos Naloanro mengatakan krisis bahan baku telah terjadi sejak awal semester II/2024. Bahkan, saat ini kondisi utilitas produksi di pabrik terintegrasi hanya sekitar 20%—30%. 

“UMKM berbasis kelapa malah sudah banyak yang tutup. Pengrajin arang tempurung 80% sudah kolaps,” ujar Dippos kepada Bisnis, Rabu (23/4/2025). 

Dia menerangkan, normalnya industri olahan membutuhkan setidaknya 2-3 miliar butir kelapa per tahun. Namun, kebutuhan tersebut kini tergerus hingga produktivitas pabrikan melemah karena berkurangnya pemenuhan material. 

Adapun, kondisi kelangkaan kelapa bulat terjadi disebabkan dampak dari fenomena El Nino yang berlangsung selama 2 tahun lalu sehingga banyak pohon kelapa gagal panen. 

“Kedua, ekspor kelapa bulat terjadi peningkatan besar besaran ke negara negara pengolah kelapa. Hal ini dikarenakan dampak El Nino juga terjadi di hampir seluruh negara produsen kelapa,” ujarnya. 

Tak heran, kini pabrikan besar pengolahan kelapa seperti Sambu Grup sudah melakukan pemutusan hubungan kerja dengan lebih dari 1.000 pekerjanya tahun ini. Namun, dia tak bisa membeberkan data secara keseluruhan karena tidak semua perusahaan mau membuka data tersebut. 

Dalam kondisi ini, dia pun meminta perhatian dari pemerintah untuk turun tangan memperbaiki rantai pasok industri pengolahan kelapa bulat. 

“Moratorium ekspor untuk jangka waktu terbatas, penetapan pungutan eksport, replanting, penataan kelembagaan petani untuk mengefisiensikan supply chain,” pungkasnya. 

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor komoditas kelapa di dalam kulit (endocarp) atau HS 08011200 mencapai US$45,6 juta hingga Maret 2025. 

Capaian tersebut mengalami peningkatan sebesar 146% (C-to-C) dibandingkan periode Januari-Maret 2024 yang tercatat senilai US$18,2 juta.

“Kelapa yang masih dalam kulit total ekspornya US$45,6 juta sepanjang Januari-Maret 2025,” kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (21/4/2025).

Merujuk data BPS yang diterima Bisnis, Senin (21/4/2025), Indonesia paling banyak mengekspor komoditas ini ke China, Vietnam, dan Thailand.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper