Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut RI Bakal Impor LNG dari AS, Bahlil Bilang Belum Butuh

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut bahwa Indonesia belum butuh impor LNG dari AS.
Terminal ekspor gas alam cair (LNG) Cheniere Sabine Pass di Cameron, Louisiana, Amerika Serikat, Rabu (5/2/2025)/Bloomberg-Kathleen Flynn
Terminal ekspor gas alam cair (LNG) Cheniere Sabine Pass di Cameron, Louisiana, Amerika Serikat, Rabu (5/2/2025)/Bloomberg-Kathleen Flynn

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara soal rencana Indonesia untuk mengimpor gas alam cair atau LNG dari Amerika Serikat (AS).

Hal ini merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sebelumnya mengatakan, Indonesia tengah mengupayakan peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari Negeri Paman Sam, salah satunya LNG, sebagai bagian paket negosiasi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. 

Bahlil menegaskan bahwa hingga saat ini kebutuhan LNG Indonesia masih mencukupi dan ditopang produksi dalam negeri.

"Sampai dengan hari ini, kami menganggap bahwa kebutuhan masih tercukupi dari dalam negeri, sampai dengan sekarang ya," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (29/4/2025) sore.

Dia pun menuturkan, berdasarkan pembicaraan dengan Presiden Prabowo Subianto, RI belum memiliki rencana impor LNG dari AS.

"Dan memang kemarin dari pembicaraan saya sama Bapak Presiden, enggak ada LNG. Jadi saya enggak tahu lah. Saya enggak boleh mengomentari, saya sama menteri ya. Tapi saya menjelaskan tentang apa yang saya lakukan," jelas Bahlil.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, Indonesia tengah mengupayakan peningkatan impor sejumlah komoditas strategis dari AS. Komoditas itu termasuk LNG, minyak, serta produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan jagung. 

Dia menegaskan, hambatan perdagangan dan non-perdagangan saat ini menjadi fokus pemerintah Indonesia. Secara berkelanjutan, Indonesia melakukan evaluasi terhadap berbagai hambatan perdagangan, baik tarif maupun non-tarif, guna menciptakan iklim perdagangan yang lebih terbuka dan efisien. 

“Di sisi tarif, sebagian besar tarif Indonesia sebenarnya sangat rendah, tetapi kami akan selalu mengevaluasi dan melihat apakah ada area yang dapat kami tingkatkan di sisi tarif,” kata Sri Mulyani dalam wawancara bersama CNBC International, dikutip dari keterangan resmi, Rabu (24/4/2025).

Dalam sektor energi, Sri Mulyani menekankan bahwa meskipun Indonesia merupakan negara penghasil minyak dan gas, kapasitas produksinya masih belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melihat peluang untuk meningkatkan impor energi, khususnya LNG, dari AS.

“Jadi ini semua adalah area di mana kita tentu dapat melakukan outsourcing minyak dan gas dari Amerika Serikat, termasuk produk Boeing dan sebagainya. Ada juga beberapa komoditas serta produk manufaktur di mana kita dapat mempersempit, mengurangi, atau bahkan menghilangkan surplus ini,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper