Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apakah RI Jadi Tambah Impor Migas dari AS? Bahlil Jawab Begini

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan perkembangan terkini soal rencana tambahan impor migas dari Amerika Serikat (AS).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberikan sambutan saat acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19/8/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan perkembangan terkini rencana tambahan impor minyak dan liquefied petroleum gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS).

Bahlil mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil akhir dari proses negosiasi antara Indonesia dan AS. Adapun rencana impor migas itu merupakan salah satu paket negosiasi dari kebijakan tarif ala Presiden Donald Trump.

Indonesia sendiri mendapat pengenaan tarif impor dari AS sebesar 32%. Bahlil menyebut negosiasi dengan AS masih belum menemui titik terang.

"Karena belum ada satu keputusan yang pasti, tentang poin-poin mana saja yang akan disepakati. Maka kami sampai dengan sekarang belum melakukan eskalasi terhadap impor tambahan," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (2/5/2025).

Menurut Bahlil, saat ini impor LPG dari Negara Paman Sam masih sekitar 59%. Sementara, impor minyak dari AS mencapai sekitar 6% hingga 7%.

"Nah itu yang kita akan tingkatkan nanti setelah ada keputusan bersama," ucapnya.

Sebelumnya, Bahlil menyampaikan pemerintah berencana menambah nilai impor minyak dan LPG dari AS hingga US$10 miliar. Alasannya, pemerintah ingin menekan surplus neraca perdagangan dengan AS yang mencapai US$14,6 miliar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam 10 tahun terakhir impor migas dari AS memang naik berkali-kali lipat. Hanya saja, angkanya masih jauh dari US$10 miliar. Pada 2016 misalnya, BPS mencatat nilai impor migas dari AS 'hanya' US$91,9 juta. 

Nilai tersebut kemudian naik drastis tahun-tahun berikutnya US$422,7 juta pada 2017, US$1,06 miliar pada 2018, hingga puncak tertingginya sebesar US$2,57 miliar pada 2021. Sementara pada tahun lalu, Indonesia mengimpor migas dari AS senilai US$2,49 miliar. 

Artinya, jika pemerintah berencana menambah impor migas hingga US$10 miliar maka artinya ada kenaikan hingga empat kali lipat dari realisasi tahun lalu. 

Sepanjang tahun ini atau Januari—Maret 2025, BPS mencatat Indonesia sudah mengimpor migas dari AS senilai US$798,3 juta. Nilai tersebut naik hingga 45,7% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$547,9 juta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper