Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Tiba di Arab Saudi Disambut Pangeran Salman, Bidik Investasi Rp16 Kuadriliun

Dalam kunjungan ke Arab Saudi, Trump membidik investasi triliunan dolar dari negara-negara produsen minyak di Teluk.
Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman saat bertemu di Riyadh, Arab Saudi, 13 Mei 2025. REUTERS/Brian Snyder
Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman saat bertemu di Riyadh, Arab Saudi, 13 Mei 2025. REUTERS/Brian Snyder

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba di Arab Saudi pada Selasa (13/5/2025) untuk memulai kunjungan selama empat hari di kawasan Teluk. Disambut oleh Pangeran Muhammad bin Salman, Trump fokus utama pada kesepakatan ekonomi.

Mengutip Reuters pada Selasa (13/5/2025), Trump menghadiri Forum Investasi Saudi-AS di Riyadh, sebelum melanjutkan lawatan ke Qatar pada Rabu dan Uni Emirat Arab pada Kamis.

Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid al-Falih, dalam pembukaan forum menyatakan bahwa energi tetap menjadi fondasi hubungan kedua negara. Namun, menurutnya, investasi dan peluang bisnis di kerajaan telah berkembang dan meningkat berkali-kali lipat.

"Hasilnya... ketika Saudi dan Amerika bergabung, banyak hal baik terjadi, lebih sering hal-hal hebat terjadi ketika usaha patungan itu terjadi," katanya sebelum kedatangan Trump.

Sebagai informasi, Trump berharap dapat mengamankan investasi triliunan dolar dari negara-negara produsen minyak di Teluk. 

Arab Saudi sebelumnya telah menjanjikan dana sebesar US$600 miliar, namun Trump menyatakan dirinya menginginkan komitmen hingga US$1 triliun atau sekitar Rp16.520 triliun (Rp16 kuadriliun). 

Dalam forum yang digelar di aula megah tersebut, tampak hadir CEO Blackrock Larry Fink, CEO Blackstone Stephen A. Schwartzman, Menteri Keuangan AS Scott Bessent, serta Menteri Keuangan Saudi Mohammed Al Jadaan dan Khalid al-Falih.

Sementara itu, Negeri Paman Sam belum menjadwalkan kunjungan ke Israel dalam rangkaian lawatan ini. Keputusan tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai posisi Israel dalam prioritas AS. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper