Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri Ramal Ekonomi RI Tumbuh Lebih Tinggi dari Vietnam-Singapura pada 2025

Struktur ekonomi atau PDB Indonesia yang berbeda dengan Vietnam dan Singapura membuat RI berpotensi mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Ekonom senior dan Menteri Keuangan periode 2013—2014 Muhamad Chatib Basri menyampaikan paparan dalam acara Grab Business Forum 2024 di Jakarta, Selasa (14/5/2024). / Bisnis-Arief Hermawan P
Ekonom senior dan Menteri Keuangan periode 2013—2014 Muhamad Chatib Basri menyampaikan paparan dalam acara Grab Business Forum 2024 di Jakarta, Selasa (14/5/2024). / Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Anggota Dewan Ekonomi Nasional Chatib Basri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 akan lebih tinggi dari Vietnam hingga Singapura.

Chatib menjelaskan tarif resiprokal yang dikenakan Presiden AS Donald Trump akan memberi dampak secara negatif kepada pertumbuhan ekonomi negara-negara Asean terutama Vietnam dan Singapura.

Alasannya, jelas Chatib, pertumbuhan ekonomi Vietnam dan Singapura sangat tergantung kinerja ekspor. Di Singapura, ekspor berkontribusi hingga 180% terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB); di Vietnam, ekspor berkontribusi hingga 79% terhadap PDB.

Sementara di Indonesia, kontribusi ekspor terhadap PDB hanya sekitar 25%. Oleh sebab itu, Chatib meyakini tarif resiprokal Trump tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalian jangan kaget kalau pertumbuhan ekonomi tahun ini, Indonesia akan lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam, dibandingkan dengan Singapura. Simply [sederhananya] karena rasio ekspor terhadap PDB-nya yang relatif kecil," jelasnya dalam Kuliah Umum yang disiarkan kanal YouTube FEB UI, Rabu (14/5/2025).

Mantan menteri keuangan itu menjelaskan bahwa tahun lalu ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) sekitar 10% dari keseluruhan total ekspor. Artinya, jika semua ekspor ke AS berhenti maka dampaknya ke pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar -2,5% (10% dari total 25% kontribusi ekspor ke PDB).

Dia menekankan Indonesia kurang terlalu terintegrasi ke perdagangan internasional. Oleh sebab itu, Chatib menyatakan dampak tarif resiprokal Trump akan cenderung terbatas.

"Jadi enggak usah khawatir dengan terjadinya resesi," katanya.

Chatib menilai Indonesia masih bisa menarik perhatian investor bukan karena hebat tetapi karena kinerja negara lain lebih buruk. Dia pun menyatakan ada peluang besar investasi lebih besar masuk ke Indonesia akibat kebijakan tarif Trump seperti relokasi pabrik dari China.

Hanya saja, dia menekankan pentingnya pemerintah melakukan deregulasi ekonomi untuk memanfaatkan ketidakpastian global yang terjadi belakangan. Chatib mencontohkan pentingnya memberikan kepastian dan kemudahan kepada pelaku usaha.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper