Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa kedai kopi Starbucks Corp. telah menghubungi firma ekuitas swasta, perusahaan teknologi, dan lainnya karena mempertimbangkan opsi untuk bisnisnya di China, termasuk kemungkinan penjualan saham.
Melansir Bloomberg pada Kamis (15/5/2025), perusahaan tersebut mengirimkan surat melalui penasihat keuangan kepada beberapa calon investor minggu ini untuk meminta pandangan tentang bisnis China dan cara mengembangkannya, kata orang-orang tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena prosesnya bersifat pribadi.
Sebuah transaksi dapat menilai aset tersebut hingga beberapa miliar dolar, kata orang-orang tersebut.
Sebelumnya, beredar laporan bahwa Starbucks sedang menilai operasinya di China, pasar terbesar kedua. Perusahaan telah memperingatkan adanya tekanan ekonomi makro dan persaingan di negara tersebut, tempat perusahaan seperti Luckin Coffee Inc. dan Cotti Coffee muncul sebagai pemain lokal utama.
Starbucks, yang memiliki lebih dari 7.750 gerai di China hingga akhir Maret, menghasilkan sekitar $740 juta laba bersih di negara tersebut pada kuartal hingga Maret. Laba bersih Luckin adalah $1,2 miliar pada periode yang sama.
Calon penawar diharapkan untuk menyerahkan umpan balik awal dalam beberapa minggu ke depan, kata orang-orang tersebut. Starbucks mungkin juga memutuskan untuk tidak melakukan transaksi, kata mereka.
Baca Juga
Seorang perwakilan Starbucks mengatakan perusahaan tersebut tidak memberikan komentar apa pun selain apa yang telah dibagikan secara publik, merujuk pada laporan laba rugi akhir April oleh CEO Brian Niccol, ketika ia mengatakan ada bukti kemajuan di China menyusul perubahan pada penawaran dan harga produk.
"Kami tetap berkomitmen pada China untuk jangka panjang. Kami melihat potensi besar bagi bisnis kami di sana pada tahun-tahun mendatang dan tetap terbuka terhadap cara kami mencapai pertumbuhan itu," kata Niccol saat itu.
Niccol juga mengatakan pada bulan Oktober bahwa Starbucks sedang menjajaki kemitraan untuk membantunya dalam jangka panjang, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
McDonald's Corp. dan Yum! Brands Inc., induk KFC, menjual saham di operasi mereka di China kepada perusahaan PE untuk memanfaatkan pertumbuhan dan memenuhi selera lokal dengan lebih baik.
Pada 2023, McDonald's setuju untuk membeli kembali saham minoritas Carlyle Group Inc. dalam kemitraan yang menjalankan bisnis rantai tersebut di China, Hong Kong, dan Makau.