Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Pangkas Peringkat AS Gegara Tumpukan Utang yang Makin Mengkhawatirkan

Moody's Ratings menurunkan peringkat AS menjadi Aa1 dari peringkat teratas Aaa pada Jumat.
Founder dan CEO Key Square Group LP Scott Bessent dalam wawancara di Washington DC pada Jumat (7/6/2024). Presiden terpilih AS Donald Trump menunjuk Bessent sebagai Menteri Keuangan AS. / Bloomberg-Stefani Reynolds
Founder dan CEO Key Square Group LP Scott Bessent dalam wawancara di Washington DC pada Jumat (7/6/2024). Presiden terpilih AS Donald Trump menunjuk Bessent sebagai Menteri Keuangan AS. / Bloomberg-Stefani Reynolds

Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat tidak lagi menduduki peringkat teratas Moody's Ratings sejalan dengan kekhawatiran terhadap defisit fiskal akibat utang yang menumpuk.

Melansir Bloomberg pada Sabtu (17/5/2025), lembaga pemeringkat yang berbasis di New York itu menyusul langkah lembaga lainnya dengan menurunkan peringkat AS menjadi Aa1 dari peringkat teratas Aaa pada Jumat.

Langkah yang sama telah terlebih dahulu dilakukan oleh Fitch Ratings dan S&P Global Ratings. Sebelumnya, Moody's pernah memangkas peringkat AS menjadi negatif sekitar setahun yang lalu akibat prospek ekonomi yang lebih suram.

"Meskipun kami menyadari kekuatan ekonomi dan keuangan AS yang signifikan, kami percaya hal ini tidak lagi sepenuhnya mengimbangi penurunan metrik fiskal," dikutip dari pernyataan tertulis Moody's.

Seperti diketahui, defisit anggaran federal sudah mendekati US$2 triliun, atau lebih besar 6% dari produk domestik bruto (PDB). Adapun efek perang tarif akan meningkatkan defisit karena belanja pemerintah biasanya meningkat saat aktivitas melambat.

Kondisi tersebut juga tidak menghentikan anggota parlemen mendorong belanja negara besar-besaran, sebuah tanda bahwa defisit fiskal bakal terus membengkak.

Juru bicara Presiden Donald Trump Steven Cheung mengkritik hasil analisis Moody's dengan menyinggung ekonom Mark Zandi dari Moody's Analytics di sebuah unggahan di akun X.

Padahal Moody's Analytics adalah lembaga yang terpisah dari Moody's Ratings.

"Tidak seorang pun menganggap serius 'analisisnya'. Dia telah terbukti salah berkali-kali," kata Cheung .

Pengumuman Moody's langsung direspons negatif oleh pasar, di mana S&P 500 turun 0,6% dalam perdagangan pasca-pasar. Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun langsung naik setinggi 4,49%.

"Penurunan peringkat mungkin mengindikasikan bahwa investor akan menuntut imbal hasil yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah," kata manajer portofolio di Brandywine Global Investment Management Tracy Chen.

Kepala investasi di Tigress Financial Partners Ivan Feinseth mengatakan obligasi Treasury AS dipandang sebagai investasi teraman di dunia. Ketika peringkat kredit Amerika diturunkan, dampaknya mungkin lebih negatif terhadap utang negara lain karena AS adalah acuannya.

"Masih harus dilihat bagaimana hal ini akan memengaruhi pasar ekuitas dalam beberapa minggu mendatang, tetapi mungkin ada kehati-hatian menyusul kenaikan saham yang kuat baru-baru ini," ujarnya.

Sementara itu, Moody's juga memperkirakan defisit fiskal AS akan melebar mencapai hampir 9% dari PDB pada tahun 2035, naik dari 6,4% pada 2024. Hal itu terutama didorong oleh peningkatan pembayaran bunga atas utang, meningkatnya pengeluaran jaminan sosial, dan perolehan pendapatan negara yang relatif rendah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper