Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Singapura 3,9% pada Kuartal I/2025, Ditopang Ekspor dan Manufaktur

Sektor manufaktur dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi Singapura karena pelaku usaha berupaya menghindari dampak dari tarif AS yang lebih tinggi.
Bendera Singapura di atas gedung parlemen menjelang upacara pengambilan sumpah Perdana Menteri baru Lawrence Wong di Singapura, pada hari Rabu, 15 Mei 2024./Bloomberg-Nicky Loh
Bendera Singapura di atas gedung parlemen menjelang upacara pengambilan sumpah Perdana Menteri baru Lawrence Wong di Singapura, pada hari Rabu, 15 Mei 2024./Bloomberg-Nicky Loh

Bisnis.com, JAKARTA — Singapura membuka tahun 2025 dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui ekspektasi, didorong oleh peningkatan tajam sektor manufaktur dan ekspor karena pelaku usaha berupaya menghindari dampak dari tarif AS yang lebih tinggi.

Melansir Bloomberg, Kamis (22/5/2025), Kementerian Perdagangan dan Industri melaporkan produk domestik bruto (PDB) Singapura tumbuh 3,9% secara year on year (YoY) pada kuartal I/2025, lebih tinggi dari proyeksi median analis Bloomberg sebesar 3,6% maupun estimasi awal pemerintah sebesar 3,8%.

Namun, dalam hitungan kuartalan yang telah disesuaikan secara musiman, PDB justru mengalami kontraksi 0,6%, sedikit lebih baik dibandingkan proyeksi penurunan sebesar 1%.

Data ini mencerminkan bagaimana konflik dagang antara AS dan China serta lambannya pemulihan ekonomi China telah berdampak pada kawasan sejak awal tahun. Meski begitu, kedua kekuatan ekonomi dunia tersebut kini telah menyepakati gencatan senjata tarif selama 90 hari yang turut memberikan napas bagi perekonomian regional.

Singapura, yang dikenai tarif 10% oleh AS, mendapat dampak yang relatif ringan dibandingkan negara tetangganya. Namun, dengan ketergantungan pada perdagangan yang setara tiga kali ukuran PDB-nya, negara-kota ini tetap berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap gejolak perdagangan global.

Kementerian Perdagangan dan Industri mengatakan pertumbuhan pada sektor manufaktur dan perdagangan grosir kemungkinan didorong oleh aktivitas front-loading sebelum kenaikan tarif AS yang telah diperkirakan sebelumnya.

”Sebaliknya, sektor akomodasi serta makanan dan minuman mencatat kontraksi, terutama akibat lemahnya kinerja hotel premium yang menyasar segmen bernilai tambah tinggi,” demikian ungkap kementerian dalam keterangan resminya.

Pemerintah tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan PDB 2025 di kisaran 0% hingga 2%, sejalan dengan prospek global yang dibayangi ketidakpastian akibat kebijakan dagang AS. Perdana Menteri Lawrence Wong pun mengingatkan bahwa skenario resesi masih belum bisa dikesampingkan.

Gencatan tarif AS-China diyakini akan memberi sedikit dorongan terhadap permintaan eksternal Singapura sepanjang sisa tahun ini. Namun, Kementerian menegaskan bahwa ketidakpastian global tetap tinggi, dengan risiko yang cenderung mengarah ke bawah.

“Bisnis dan rumah tangga kemungkinan akan menahan belanja dan menunggu perkembangan situasi. Jika ketegangan dagang kembali meningkat, hal ini dapat memicu disrupsi rantai pasokan, lonjakan biaya, perlambatan global, serta aliran dana yang tidak stabil yang bisa mengguncang sektor perbankan dan keuangan,” lanjut pernyataan tersebut.

Bloomberg Economics memperkirakan ekonomi Singapura akan tumbuh 0,9% tahun ini. Namun, gencatan senjata dagang dan hasil pemilu nasional yang menegaskan kembali dominasi Partai Aksi Rakyat dinilai memberikan dorongan stabilitas yang penting di tengah ketidakpastian global.

Tamara Mast Henderson, ekonom kawasan Asean di Bloomberg Economics mengatakan dominasi Partai Aksi Rakyat dalam pemilu 3 Mei memberikan kejelasan politik pada saat krusial.

”Khususnya ketika pelaku usaha dan investor tengah mencermati perubahan arah hubungan perdagangan dan keamanan global di bawah Presiden AS Donald Trump,” jelasnya.

Otoritas Moneter Singapura telah dua kali melonggarkan kebijakan moneternya sepanjang tahun ini dan dijadwalkan akan melakukan peninjauan kebijakan berikutnya pada Juli mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper