Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan ritel terbesar di dunia, Walmart Inc., berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.500 karyawan di kantor pusatnya di Bentonville, Arkansas, serta sejumlah lokasi lainnya.
Langkah ini diambil untuk merespons tantangan ekonomi dan mendorong efisiensi operasional.
Mengutip Bloomberg, Kamis (22/5/2025), pemangkasan mencakup sejumlah posisi dalam tim teknologi global Walmart. Sumber internal yang mengetahui keputusan tersebut menyebutkan bahwa jumlah karyawan yang terdampak kurang dari 1.500 orang.
Chief Executive Officer Walmart AS John Furner bersama Chief Technology Officer Suresh Kumar menyampaikan dalam sebuah memo internal bahwa langkah ini bertujuan mempercepat pengambilan keputusan dan menyederhanakan proses kerja.
Selain menghapus beberapa posisi, Walmart juga akan membuka peran baru untuk menyesuaikan struktur organisasinya, khususnya di bidang teknologi. Perubahan ini, menurut keduanya, dirancang untuk memungkinkan perusahaan bergerak lebih gesit dan adaptif terhadap dinamika pasar.
Restrukturisasi juga mencakup pembaruan dalam bisnis periklanan, serta penyederhanaan proses pemenuhan pesanan digital.
Baca Juga
Dalam memo terpisah, Wakil Presiden Eksekutif Operasi Toko Walmart AS Cedric Clark mengakui bahwa sistem pemrosesan pesanan di toko masih menghadapi banyak titik gesekan. Ia menyebut bahwa perampingan peran-peran terkait akan membantu menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih mulus.
Seorang juru bicara Walmart menekankan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang perusahaan dan tidak terkait dengan isu tarif perdagangan. Ia menolak memberikan rincian tambahan.
Saham Walmart nyaris tidak bergerak dalam perdagangan akhir di New York, namun telah menguat 6,7% sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Rabu, mengungguli kinerja indeks S&P 500.
Langkah efisiensi ini mengikuti restrukturisasi pada Februari lalu, ketika Walmart memangkas sejumlah posisi dan meminta sebagian karyawan untuk relokasi ke kantor pusat di Arkansas dan California.
Dengan lebih dari 1,6 juta karyawan di Amerika Serikat, Walmart tetap menjadi pemberi kerja swasta terbesar di negeri itu.
Meski berhasil menjaga kinerja lebih baik dibanding pesaingnya dalam beberapa kuartal terakhir, Walmart sempat memperingatkan bahwa tarif yang lebih tinggi akan mendorong kenaikan harga barang—pernyataan yang menuai respons keras dari Presiden Donald Trump akhir pekan lalu.