Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Yakin Ekspor Bakal Kembali Bangkit Usai Turun pada April 2025

Meredanya perang tarif, yang dipicu oleh tarif Trump, menjadi katalis positif yang dapat memulihkan kinerja ekspor Indonesia.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). / Bisnis-Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). / Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom meyakini kinerja ekspor dapat rebound atau bangkit pada bulan-bulan selanjutnya di tengah tekanan perdagangan global, setelah terjadi kontraksi 10,77% secara bulanan pada April 2025.

Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang melihat adanya potensi kenaikan ekspor dapat terjadi hanya jika pemerintah merealisasikan diversifikasi ekspor ke Asean, Timur Tengah, dan Eropa. 

“Ditambah ada katalis kalau harga komoditas utama ekspor rebound sejalan sentimen global rate cut [The Fed pangkas suku bunga],” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Selasa (3/5/2025). 

Di samping itu, Hosianna melilhat perdagangan internasional Indonesia dapat pulih apabila perang tarif semakin mereda. 

Secara umum, kinerja ekspor Indonesia April 2025 mencapai US$20.743,8 juta (pembulatan US$20,74 miliar), lebih rendah dari Maret 2025 yang mencapai US$23,25 miliar atau turun 10,77% secara MtM. 

Meskipun secara tahunan ekspor masih mencatat pertumbuhan 5,76% dan 7,17% untuk ekspor nonmigas, tetapi penurunan tajam secara bulanan (MtM) terjadi terutama pada komoditas unggulan seperti bahan bakar mineral (-6,23%), nikel dan turunannya (-21,28%), dan minyak nabati (-39,23%). 

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menyampaikan meski penurunan ekspor ditambah dengan kontraksi PMI Manufaktur memang mencerminkan adanya perlambatan ekonomi domestik, namun peluang untuk rebound tetap terbuka. 

Pertama, Josua melihat keyakinan pelaku industri terhadap prospek 12 bulan ke depan meningkat, yang tercermin dari kenaikan ketenagakerjaan lima kali dalam enam bulan terakhir. Ini mengindikasikan ekspektasi bahwa tekanan saat ini bersifat sementara dan akan berbalik ketika permintaan membaik. 

Kedua, ekspor sektor manufaktur dan pertanian menunjukkan pertumbuhan yang kuat secara tahunan (masing-masing naik 16,08% dan 46,55% YoY) yang menandakan daya saing dan permintaan global terhadap produk tertentu masih terjaga.

Sementara untuk PMI agar kembali ke zona ekspansi (>50), diperlukan pemulihan permintaan baru baik domestik maupun ekspor. Hal ini dapat didorong oleh beberapa faktor, seperti perbaikan situasi global terutama meredanya ketegangan dagang dan tarif. 

Selain itu, stabilitas nilai tukar dan biaya produksi yang terkendali, realisasi stimulus fiskal domestik (seperti insentif transportasi dan upah) yang mampu mendorong konsumsi rumah tangga serta akselerasi belanja pemerintah yang tepat waktu dapat memicu multiplier effect ke sektor manufaktur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper