Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Was-was Ledakan Pasokan Baja dan Aluminium RI Usai Trump Naikkan Tarif jadi 50%

Pengamat mengatakan kebijakan tarif Trump dapat mengancam pasar domestik dan iklim usaha industri nasional. Ini alasannya!
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pekerja beraktivitas di smelter aluminium PT Inalum di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, Rabu (18/10/2023)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan tarif khusus untuk impor baja dan aluminium ke Amerika Serikat (AS) menjadi 50% disebut dapat mengancam pasar domestik dan iklim usaha industri nasional.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Telisa  Aulia mengatakan kebijakan yang diterapkan Presiden AS Donald Trump itu akan membuat negara yang menjual baja dan aluminium ke AS beralih ke negara lain. 

"China banyak ekspor baja dan aluminium ke AS. Dengan tarif ini artinya China bisa oversupply baja dan aluminium, sehingga China akan cari pasar ekspor, nah bisa jadi ke Indonesia," kata Telisa kepada Bisnis, dikutip Minggu (8/6/2025). 

Dia pun mendorong pemerintah untuk segera melakukan pengendalian dan pengawasan impor baja dan aluminium dari negara-negara produsen yang berpotensi kelebihan pasokan. 

Sementara itu dari sisi ekspor baja dan aluminium Indonesia ke AS, menurut dia kinerja ekspor tidak akan terganggu signifikan lantaran porsinya tidak besar ke negara tersebut. 

"Artinya waspada bertambahnya impor baja dari China dan pasar ekspor kita akan makin sulit ke pasar Amerika, tapi itu gak terlalu besar, kita lebih banyak terpengaruh di sisi impor," tuturnya. 

Laporan dari Wood Mackenzie menyebutkan bahwa industri baja China berada di persimpangan kritis dengan proyeksi kelebihan kapasitas mencapai 250 juta ton pada 2035.

Saat ini, China sudah menghadapi kelebihan kapasitas baja lebih dari 50 juta ton, yang diperkirakan akan meningkat drastis dalam dekade mendatang. Di sisi lain, permintaan baja di dalam negeri China mengalami penurunan signifikan. 

Situasi ini menggambarkan tantangan besar yang harus dihadapi China dalam menjaga keberlanjutan sektor baja mereka di tengah perubahan permintaan dan tekanan untuk mengurangi emisi karbon.

Di  sisi lain, kinerja ekspor baja dan aluminium Indonesia ke Amerika Serikat (AS) berada pada tren positif, bahkan melonjak naik secara bulanan. Kendati, industri kini dihadapkan pada lonjakan tarif bea masuk ke AS yang dipatok 50% pada Juni 2025. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor aluminium (HS 76) mencapai US$10,53 juta pada April 2025 dengan total volume mencapai 2,47 juta kilogram (kg). 

Secara tahunan, nilai ekspor tersebut meningkat kisaran 98% dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat senilai US$5,30 juta dengan volume mencapai 1,37 juta kg.

Sedangkan, secara bulanan nilai ekspor aluminium ke Amerika Serikat (AS) meningkat 3,79% dari sebelumnya sebesar US$10,14 juta pada Maret 2025 dengan volume 2,4 juta kg. 

Jika dilihat kumulatif periode Januari-April 2025 untuk komoditas tersebut secara nilai tercatat mencapai US$40,66 juta dengan volume 9,76 juta kg. Realisasi tersebut meningkat 26,44% dibandinkan periode kumulatif tahun lalu. 

Di sisi lain, secara bulanan, kinerja ekspor pada April 2025 mencapai US$32,24 juta dengan volume 26,73 juta kg atau meningkat dari bulan sebelumnya pada Maret 2025 yang mencapai US$18,93 juta dengan volume 10,6 juta  kg. Sementara itu, secara tahunan nilai ekspor April tahun lalu sebesar US$44,89 juta dengan volume 58,68 juta kg. 

Kendati demikian, jika dilihat kinerja ekspor baja (HS 72-73) pada Januari-April 2025 nilai ekspor ke AS mencapai US$134,65 juta dengan volume 131,48 kg atau turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$186,98 juta dengan volume 238,20 juta kg. 

Dari data tersebut ditunjukkan kenaikan ekspor secara bulanan sebelum Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk meningkatkan tarif bea masuk baja dan aluminium ke AS menjadi 50% dari sebelumnya 25%. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper