Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar Sarankan Moratorium Smelter Nikel RKEF Usai Tsingshan Pangkas Produksi

Pakar pertambangan menyarankan pemerintah untuk melakukan moratorium pembangunan smelter nikel tipe pirometalurgi (RKEF)
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Pakar pertambangan menyarankan pemerintah untuk melakukan moratorium pembangunan smelter tipe pirometalurgi (RKEF) dengan bahan baku bijih nikel kadar tinggi atau saprolite. Hal ini menyusul kelebihan pasokan stainless steel lokal yang menyebabkan harga anjlok. 

Ketua Badan Kejuruan (BK) Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rizal Kasli mengatakan, moratorium smelter rotary klin electric furnace (RKEF) perlu segera dilakukan lantaran menipisnya cadangan saprolite. 

“Permasalahannya adalah di sisi neraca sumber daya dan cadangan terutama untuk bijih nikel tipe saprolite yang sudah mulai menipis cadangannya sehingga dikhawatirkan tidak sustainable dalam jangka panjang,” ujar Rizal kepada Bisnis, Senin (9/6/2025). 

Menurut dia, moratorium juga penting untuk menjaga harga komoditas stainless steel atau hasil olahan nickel pig iron (NPI) yang tengah menurun di tengah permintaan yang lemah. 

Dalam hal ini, Rizal menyebut terdapat dua alasan pemangkasan produksi stainless steel di smelter milik Tsingshan Holding Group Co di Morowali. Adapun, pertama yaitu disebabkan permintaan global yang saat ini sedang menurun akibat perang dagang yang dipicu kebijakan Amerika Serikat. 

Penyebab kedua yakni karena kelebihan pasokan stainless steel atau baja nirkarat sehingga harga turun dan harus dilakukan pemangkasan produksi agar pasokan terkendali dan harga tidak terus turun.

“Sementara, produksi bijih nikel di dalam negeri sedikit mengalami kendala disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk memangkas kuota produksi dalam rangka mengendalikan harga global,” tuturnya. 

Tak hanya itu, dia juga melihat adanya permasalahan rencana kerja dan anggaran belanja (RKAB) di beberapa perusahaan yang belum terselesaikan sehingga tidak bisa berproduksi. 

“Untuk memenuhi kebutuhan bijih nikel beberapa perusahaan smelter terpaksa harus mengimpor bijih nikel dari luar negeri terutama Filipina,” tuturnya. 

Selain moratorium, Rizal juga menerangkan pentingnya menggencarkan kegiatan eksplorasi terutama green field. Terlebih, dia melihat masih banyak wilayah pertambangan terutama di Indonesia timur yang memiliki potensi nikel. 

“Seharusnya pemerintah menerapkan pola reserve replacement ratio 1 : 1 sehingga bisa menjamin supply ore nickel yang berkelanjutan. Kegiatan lelang atau penunjukan harus digiatkan kembali untuk mengejar ratio tersebut,” pungkasnya. 

Sebelumnya, Tsingshan Holding Group Co buka suara dan mengonfirmasi terkait kabar pemangkasan produksi baja tahan karat (stainless steel) di smelternya yang berlokasi di kawasan industri nikel, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali, Sulawesi Tengah.

Global Sales Head Eternal Tsingshan Group Ltd Steven Chen mengatakan, kondisi tersebut tak lepas dari harga stainless steel yang belakangan ambrol di China maupun di Indonesia.

Perusahaan asal Negeri Tirai Bambu itu pun mengaku lebih memilih untuk ekspor stainless steel ke pasar global lain dibandingkan ekspor ke China itu sendiri.

“Seperti saya katakan bahwa margin [industri smelter] terus menurun beberapa bulan terakhir, sejak akhir tahun lalu. Banyak smelter dan pemain di luar sana yang sedang berjuang dengan isu ini,” kata Chen dalam agenda Indonesia Critical Minerals Conference 2025, Rabu (4/6/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper