Bisnis.com, PEKANBARU — Sejak resmi alih kelola Blok Rokan, Riau pada Agustus 2021, PT Pertamina (Persero) berhasil menahan laju penurunan produksi salah satu ladang minyak subur dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia itu.
Melalui anak perusahaannya PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), produksi migas di blok migas tua itu kini bisa mencapai rata-rata 150.000 barel per hari (bph).
Andre Wijanarko, General Manager Regional 1 Zona Rokan, mengatakan bahwa PHR melakukan berbagai upaya sehingga sukses mempertahankan produksi di Blok Rokan dengan decline rate (penurunan produksi alamiah) hanya 0%.
Dia menjelaskan, berbagai upaya yang dilakukan PHR tersebut utamanya adalah peningkatan kegiatan dengan rata-rata 500 sumur pengembangan dibor setiap tahun serta lebih dari 20.000-an kegiatan work over dan work intervention (WOWI) setiap tahun.
Selain itu, PHR juga melakukan berbagai inovasi agar Blok Rokan dapat terus berproduksi. “Rata-rata produksi Blok Rokan tercatat sebesar 150.000 bph, padahal dalam kajian yang dilakukan operator sebelumnya jika tidak ada kegiatan baru yang dilakukan, produksi bisa merosot hingga hanya 105.000 bph,” kata Andre, Rabu (11/6/2025).
Adapun, untuk bisa melakukan rata-rata 500 pengeboran sumur serta 20.000 WOWI, PHR memiliki inovasi yang pertama kali diterapkan di lapangan migas Tanah Air, yakni pengawasan ketat kegiatan pengeboran di lapangan secara real time melalui fasilitas Digital & Innovation Center (DICE) dan Production Reliability and Innovation Management (PRIME).
“DICE semacam katalis pusat informasi yang kami dapatkan dari masing-masing fungsi untuk bisa memonitor secara cepat, dengan beragam parameter sehingga ketika dibutuhkan solusi, informasi bisa langsung ditarik di dashboard DICE,” ujarnya.
Data tersebut, imbuhnya, juga bisa diakses dari mana pun, dan dikelola oleh PRIME, tim terbaik dari masing-masing fungsi.
Lebih lanjut Andre menuturkan bahwa terdapat sejumlah strategi yang diusung PHR untuk dapat meningkatkan produksi minyak Blok Rokan, mulai dari penerapan teknologi pengurasan minyak lanjutan (enhanced oil recovery/EOR) hingga mempercepat kegiatan eksploitasi minyak dan gas bumi nonkonvensional (MNK).
Menurut Andre, penerapan EOR dilakukan mulai dari waterflood, steamflood hingga yang terakhir adalah chemical injection yang bakal menjadi andalan PHR dalam menopang produksi di masa depan.
“Itu semua untuk memastikan adanya keberlanjutan produksi di Blok Rokan karena dari hasil kajian, potensi Blok Rokan masih sangat besar dan belum habis. Namun memang dibutuhkan upaya ekstra serta dukungan dari semua pihak,” kata Andre.
Sementara itu, Operation Head Subsurface Development and Planning PHR Mochamad Taufan menjelaskan bahwa secara teknis penerapan EOR dilakukan untuk membantu mengalirkan minyak yang masih terkurung di lapisan batuan reservoir.
“Misalkan di Lapangan Minas, water cut tinggi. Airnya 4 juta barel, minyaknya hanya 29.000 bph. Tapi recovery factor 50%, jadi ada yang tertinggal,” ujarnya.
Untuk mengeluarkan minyak yang tersisa, imbuhnya, PHR menggunakan chemical yang mengubah sifat batuan jadi lebih mengikat air, sehingga minyak dapat mengalir. Beberapa tipe chemical yang digunakan, antara lain polymer, surfaktan, dan alkali-surfactan-P.
Selain berbagai strategi tersebut, PHR juga melakukan program pengembangan Low Quality Reservoir (LQR) yang tadinya tidak dilirik oleh operator sebelumnya. Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan PHR, potensi dari LQR tersebut cukup besar mencapai 1,2 miliar dengan recovery factor kurang dari 10%.
“Ini future pengembangan Blok Rokan. Hingga kini hampir 10.468 bph dari LQR dilakukan secara vertikal horizontal,” papar Taufan.
Kemudian, ada juga program Multi Stage Fracturing (MSF) yang baru dilakukan pada tahun lalu dengan target produksi 569.000. “Ditargetkan ada 10 sumur tahun ini, lalu tahun depan 15 sumur. Kami targetkan 20—30 sumur MSF di Rokan,” ujarnya.
Terkait dengan program pengembangan Migas Non Konvensional (MNK), Taufan menjelaskan bahwa sejauh ini sudah ada dua sumur yang dibor yakni di Gulamo dan Kelok dengan menggandeng EOG Resources.
Di Rokan, Pertamina mengidentifikasi tiga wilayah yang menyimpan cadangan shale oil dan shale gas yakni di North Aman, South Aman, dan Ranau. Pengeboran di dua sumur di wilayah North Aman sudah selesai dan ada temuan hidrokarbon.
“Dari Gulamo dan Kelok ketebalan lapisan 1.500—2.000 feet. Itu temuan semua. Kelok lebih tipis 600—700 feet. Cadangan North Aman 2 billion barrel,” jelas Taufan.
Kepala Divisi Eksplorasi SKK Migas Sunjaya Eka Saputra mengatakan SKK Migas terus melakukan koordinasi yang intensif dengan PHR agar program-program terkait dengan pengembangan Gulamo dan Kelok dapat dilaksanakan sesuai dengan arahan dan persetujuan SKK Migas.
Dia menekankan bahwa untuk potensi MNK, jika dikembangkan dengan baik akan memberikan tambahan produksi yang signifikan dan meningkatkan lifting di Blok Rokan sehingga berdampak positif pada peningkatan lifting migas secara nasional.
“Kami terus mendorong PHR untuk dapat mengakselerasi upaya percepatan produksi guna mendukung peningkatan lifting migas untuk mendukung program ketahanan energi,” tuturnya. Saat ini, imbuhnya, SKK Migas tengah menyiapkan adanya mekanisme early production dari sumur MNK sebelum rencana pengembangan (plan of development/POD) disetujui seperti yang dilakukan untuk sumur-sumur sebelumnya,” kata Sunjaya.