Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut pembangunan Tanggul Laut Raksasa atau giant sea wall (GSW) di sepanjang Pantai Utara Jawa perlu segera direalisasikan meskipun bakal membutuhkan anggaran jumbo.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie menyebut konstruksi GSW sendiri diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup masyarakat di sekitar pesisir Jawa.
“Jadi ini [Giant Sea Wall] adalah sesuatu yang memang sudah direncanakan 30 tahun dan wajib untuk dilaksanakan untuk kelangsungan hidup,” kata Anindya saat ditemui di sela-sela agenda International Conference of Infrastructure (ICI) 2025.
Meski demikian, Anindya mengamini bahwa kebutuhan anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan pembangunan GSW tidaklah sedikit. Untuk itu, kolaborasi antara pelaku usaha dengan pemerintah baik pusat maupun daerah sangat diperlukan.
Di samping itu, untuk meningkatkan minat pelaku usaha agar dapat turut serta menyukseskan rencana pembangunan tersebut, pemerintah perlu melakukan kalkulasi mengenai imbal hasil yang jelas.
Tak hanya itu, pelaku usaha juga meminta agar kelanjutan pembangunan proyek GSW ini dapat segera dituangkan dalam regulasi yang mengikat. Mengingat, pembangunan tanggul laut raksasa bakal membutuhkan waktu mencapai 20 tahun dan lintas kepemimpinan.
Baca Juga
“Dengan kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah dan nanti kita lihat imbal hasilnya bagaimana kalau di swasta yang mau. Karena ini proyek yang bagaimana juga taktis kan, apalagi mempunyai political will dari pusat dan daerah.” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkap pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall di sepanjang pantai utara Jawa bakal bakal membutuhkan investasi hingga US$80 miliar atau sekitar Rp1.297 triliun (asumsi kurs: Rp16.219).
Prabowo menjelaskan bahwa proyek tersebut bakal membentang sepanjang 500 kilometer (Km) dari Banten hingga Gresik.
“Proyek ini menyangkut jarak yang tidak pendek, kalau tak salah 500 Km, dari Banten sampai Jawa Timur ke Gresik dan perkiraan biaya yang dibutuhkan US$80 miliar,” jelasnya dalam acara puncak International Conference of Infrastructure (ICI) 2025, Kamis (12/6/2025).