Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Lega, Konflik Israel-Iran Berdampak Terbatas ke Pasar Keuangan RI

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai konflik Israel-Iran tidak memiliki dampak besar terhadap pasar keuangan Indonesia
Ilustrasi bendera Israel dan Iran. / Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera Israel dan Iran. / Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai konflik Israel-Iran tidak memiliki dampak besar terhadap pasar keuangan Indonesia, meskipun risikonya tak boleh diabaikan.

Josua mengategorikan ancaman konflik Israel-Iran terhadap pasar keuangan Indonesia sebagai terbatas hingga moderat. Menurutnya, fundamental ekonomi domestik saat ini relatif kuat meski tetap rentan terhadap volatilitas eksternal.

"Dampak pada pasar keuangan Indonesia cenderung bersifat sementara. Hal ini terlihat dari pelemahan rupiah yang moderat dari Rp16.295 per dolar AS pada awal konflik [Jumat, 13 Juni 2025] ke sekitar Rp16.307,5 beberapa hari setelahnya [Senin, 16 Juni 2025]," ujar Josua kepada Bisnis, Senin (16/6/2025).

Dia berpendapat bahwa pelemahan terbatas itu mengindikasikan bahwa investor masih dalam tahap evaluasi terkait dampak jangka panjang konflik Israel-Iran.

Selain itu, sambungnya, tekanan yang dialami pasar obligasi juga relatif terkontrol dengan yield (imbal hasil) obligasi pemerintah bertenor 10 tahun hanya naik sekitar 4 bps ke level 6,72%.

"Ini menunjukkan bahwa pasar Indonesia memiliki ketahanan cukup baik, ditopang oleh ekspektasi bahwa inflasi domestik dan defisit transaksi berjalan [CAD] masih akan berada pada level yang terkendali sepanjang 2025," katanya.

Hanya saja, Josua mengingatkan bahwa risiko konflik Israel-Iran tidak bisa diabaikan sepenuhnya. Bagaimanapun, Timur Tengah merupakan kawasan sentral bagi produksi dan distribusi minyak global.

Dia mencontohkan usai konflik Israel-Iran pecah, terjadi lonjakan harga minyak mentah Brent sekitar 7% menjadi US$74,20 per barel. Bahkan, mengutip laporan Bloomberg, harga minyak berpotensi melonjak hingga melampaui US$100 per barel apabila konflik semakin parah, terutama apabila ada gangguan pada pengiriman melalui Selat Hormuz, jalur vital yang dilalui sekitar 20%—25% minyak global.

Josua melihat jika eskalasi meningkat hingga terjadi gangguan signifikan pada produksi atau distribusi energi Iran maupun negara-negara sekitarnya—termasuk potensi blokade Selat Hormuz—maka dampak terhadap pasar keuangan global termasuk Indonesia bisa menjadi lebih luas dan berkepanjangan.

"Hal ini bisa menyebabkan kenaikan inflasi global, memperlambat pemulihan ekonomi, dan menciptakan sentimen risk-off yang lebih kuat," jelasnya.

Dia pun mendorong Bank Indonesia (BI) terus menjaga stabilitas pasar valuta asing dan obligasi melalui intervensi terukur, serta komunikasi yang transparan kepada pasar.

Di samping itu, Josua juga ingin BI tetap menjaga fleksibilitas kebijakan moneternya dengan tak menutup ruang untuk pemangkasan suku bunga di paruh kedua 2025. Apalagi, lanjutnya, pasar global berekspektasi bahwa bank sentral AS Federal Reserve masih memiliki ruang untuk memangkas Fed Fund Rate sebesar total 50 bps sepanjang tahun ini.

Sementara dari sisi fiskal, Josua berpandangan perlunya pemerintah melanjutkan langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap volatilitas harga minyak seperti diversifikasi sumber energi dan peningkatan efisiensi konsumsi energi domestik.

"Kombinasi dari ketahanan fundamental ekonomi domestik serta kebijakan yang proaktif dari otoritas moneter dan fiskal Indonesia diharapkan mampu meredam rambatan konflik ini dan menjaga stabilitas pasar keuangan secara berkelanjutan," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper