Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menarget proyek migas di lapangan Hidayah, Genting Oil, Geng North, dan Andaman dapat onstream pada 2026.
Hal ini disampaikan oleh Tenaga Ahli Menteri ESDM Bidang Eksplorasi dan Peningkatan Produksi Migas dan Ketua Satgas Lifting Migas, Nanang Abdul Manaf mengatakan target onstram itu harus tercapai demi menambah produksi dan lifting migas nasional.
Dia menuturkan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) telah melakukan upaya meningkatkan dan akselerasi lifting migas untuk menahan decline dan mencapai incline.
Nanang menyebut, dengan perkembangan yang ada diharapkan tahun 2025 untuk minyak sudah tidak lagi decline dan dapat masuk ke fase incline.
Dia menyampaikan, agar bisa incline, maka harus ada proyek baru yang onstream dan memberikan tambahan produksi secara signifikan.
"Mulai tahun 2026 diharapkan ada tambahan dari onstream proyek Hidayah, Genting Oil, Geng North, Andaman dan seterusnya. Agar target lifting tercapai, maka entry point harus bisa mendekati target di tahun tersebut," ucap Nanang melalui keterangan resmi dikutip, Rabu (18/6/2025).
Baca Juga
Terkait regulasi, Nanang menyampaikan bahwa pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 terkait Kerjasama Operasi (KSO) untuk sumur idle maupun lapangan idle serta sumur masyarakat. Harapannya, sumur rakyat itu dapat berkontribusi lebih optimal dalam memberikan tambahan produksi migas.
Sementara itu, Deputi Eksploitasi SKK Migas Taufan Marhaendrajana menuturkan, untuk penggarapan proyek, proses persetujuan Plan of Development (POD) telah dilakukan percepatan sehingga pencapaian Reserve Replacement Ratio (RRR) bisa dicapai dengan baik.
Namun, tantangannya adalah bagaimana mencapai Final Investment Decision (FID). Ini terlihat dari data 2019 hingga 2023 ketika RRR mencapai rata-rata 166%. Kendati, yang bisa melewati FID masih jauh di bawah karena masih 8% hingga 10%.
"Tantangan berikutnya adalah terkait FID delay dan EPCI [engineering, procurement, construction, and installation] delay, ini menyebabkan eksekusi POD menjadi delay," kata Taufan.
Oleh karena itu, dia menekankan bagaimana eksekusi POD yang delay itu perlu dicarikan solusi dan dikerjakan bersama untuk mengatasi kendala tersebut.
Taufan juga menekankan bahwa menjaga kehandalan fasilitas juga sangat penting. Hal ini demi meminimalkan kejadian unplanned shutdown atau penghentian operasi tak terduga.
"Bahwa ada potensi kehilangan minyak hingga 15.000 BOPD, adalah jumlah yang signifikan dan harus diatasi bersama, terlebih fasilitas produksi yang sebagian sudah mature dan membutuhkan perhatian khusus," jelas Taufan.