Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Bisa Untung Besar dari IEU-CEPA, Asal Aturan Asal Bahan Baku Fleksibel

Aspek rules of origin atau aturan asal barang menjadi penting jika Indonesia ingin mendapatkan keuntungan maksimal dari perjanjian dagang IEU-CEPA.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). / Bisnis-Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). / Bisnis-Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dan Uni Eropa mencapai perjanjian perdagangan melalui Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA. Indonesia dinilai bisa untung banyak dari kesepakatan itu apabila ada fleksibilitas dalam aturan asal bahan baku.

Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Riandy Laksono menilai tercapainya kesepakatan IEU-CEPA menjadi kabar positif, terutama bagi sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki.

Dia menjelaskan pasar Uni Eropa merupakan salah satu yang terbesar di dunia untuk produk tekstil dan alas kaki. Hanya saja, selama ini, negara-negara Afrika lebih dominan sebagai mitra dagang utama kawasan tersebut karena mendapat akses preferensial.

“IEU-CEPA akan membantu levelling the playing field [menyetarakan kondisi persaingan] dengan negara-negara yang selama ini sudah mendapatkan akses khusus ke Uni Eropa seperti negara-negara Afrika,” ujar Riandy kepada Bisnis Senin (14/7/2025).

Dia pun menyoroti pentingnya fleksibilitas aspek rules of origin (ROO) atau aturan asal barang dalam implementasi IEU-CEPA. Dalam kasus ini, ROO akan menentukan apakah produk Indonesia layak mendapatkan tarif rendah atau bahkan 0% di Eropa.

Menurutnya, perlu ada fleksibilitas dalam pengakuan asal bahan baku agar industri domestik bisa tetap kompetitif.

Masalahnya, bahan baku untuk tekstil dan alas kaki produk Indonesia selama ini banyak bergantung dari pasokan negara kawasan Asean fan China. Misalnya, catat Riandy, impor bahan baku Indonesia dari China mencapai 25%.

Dia mengaku mendengar bahwa ROO untuk tekstil akan mengizinkan kumulasional bahan baku dari negara yang juga memiliki perjanjian dagang bebas dengan Uni Eropa.

“Jadi ini berita bagus buat kita, karena artinya semakin fleksibel dalam sourcing [mencari sumber] bahan baku,” kata Riandy.

Selain manfaat dagang, Riandy menilai IEU-CEPA juga membuka peluang penting dalam diversifikasi sumber investasi asing langsung (FDI). Dia menggarisbawahi pentingnya peran Eropa dalam investasi hijau. 

Oleh sebab itu, Riandy mendorong agar pemerintah bisa menarik investasi Uni Eropa terutama untuk memperkuat agenda transisi ke energi hijau.

"Ini utamanya sangat relevan buat investasi di hilirisasi nikel. Saat ini pangsa terbesar nikel olahan kita adalah China. Investasi dari Uni Eropa akan membantu mendorong nikel kita lebih punya standar hijau dan diterima di negara-negara maju," tutupnya.

Pasar Besar Uni Eropa

Secara historis, hubungan dagang Indonesia dengan negara-negara Eropa memang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data Harvard Growth Lab, nilai ekspor produk asal Indonesia ke Eropa tak pernah melebihi US$29 miliar atau sekitar Rp469,8 triliun (asumsi kurs Rp16.200 per dolar AS) sejak 1995.

Data terbaru pada 2023 misalnya, nilai ekspor ke Eropa hanya sebesar US$24,3 miliar atau setara 8,46% dari total nilai ekspor Indonesia secara global (US$287 miliar). Sebagai perbandingan, nilai ekspor ke Asia mencapai US$188 miliar atau 65,5% dari total nilai ekspor Indonesia secara global.

Padahal, Uni Eropa merupakan wilayah pengimpor produk-produk yang banyak diproduksi di Indonesia. Contoh nyata adalah tekstil dan agrikultur.

Dua sektor itu kini terancam tarif impor 32% yang diterapkan AS untuk produk asal Indonesia. Masalahnya, sejak 1995, sektor tekstil dan agrikultur selalu berkontribusi lebih dari 50% dari nilai total barang ekspor Indonesia ke AS (pengecualian pada krisis finansial Asia 1997 dan 1998).

Ancaman tarif tinggi Presiden AS Donald Trump memaksa eksportir produk tekstil dan agrikultur asal Indonesia mencari pasar baru. Tak berlebih rasanya menyebut Eropa sebagai wilayah paling strategis sebagai pasar ekspor baru itu.

Dari tahun ke tahun, Eropa merupakan wilayah pengimpor produk tekstil dan agrikultur terbesar secara global.

Pada 2023 misalnya, Eropa mengimpor produk tekstil sekitar US$521 miliar atau setara 40% dari total nilai impor global sebesar US$1,3 triliun. Eropa turut mengimpor produk agrikultur sekitar US$969 miliar atau setara 38,76% dari total nilai impor global sebesar US$2,5 triliun.

Sementara pada 2023, nilai ekspor produk tekstil Indonesia ke Eropa senilai US$3,49 miliar. Jumlah itu hanya setara 0,66% dari total nilai impor produk tekstil Eropa secara global (US$521 miliar) dan 17,48% dari total nilai ekspor produk tekstil Indonesia secara global (US$20 miliar).

Artinya, peluang membuka pasar ekspor produk tekstil dan agrikultur asal Indonesia ke Eropa sangat besar, terlebih usai tercapai perjanjian IEU-CEPA.

Adapun, Presiden Prabowo Subianto menemui Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussel, Belgia pada Minggu (13/7/2025) waktu setempat. Pada pertemuan tersebut, kedua pimpinan negara resmi merampungkan negosiasi dan menyepakati Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IEU-CEPA.

Perjanjian kemitraan ekonomi secara menyeluruh antara kedua negara itu memakan waktu selama satu dekade dalam rangka negosiasi dan akhirnya baru disepakati melalui perundingan panjang.

Dalam keterangan pers bersama di Brussel, Prabowo berterima kasih kepada Presiden von der Leyen yang telah menerimanya pada Minggu siang ini. Dia menyampaikan bahwa pertemuan itu menunjukkan kedua negara memiliki hubungan baik.

Prabowo lalu mengumumkan bahwa pada hari ini kedua negara juga telah mencapai kesepakatan pada IEU-CEPA, yang dinilainya merupakan suatu terobosan.

"Setelah 10 tahun negosiasi, kami telah menyelesaikan kesepakatan terhadap Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif, yang pada dasarnya adalah perjanjian perdagangan bebas," ujarnya kepada awak media, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (13/7/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper