Bisnis.com, LOMBOK - Kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dapat menjadi peluang bagi negara-negara di Asia Tenggara untuk memodernisasi perekonomian domestiknya agar lebih resilien dalam menghadapi faktor eksternal.
Presiden Asian Development Bank (ADB) Masato Kanda, kebijakan tarif Trump memunculkan ketidakpastian global yang tinggi, termasuk bagi negara-negara di Asia Tenggara. Meski demikian, dia menilai, hal tersebut dapat menjadi momentum positif bagi negara-negara untuk memperbaiki diri dengan memodernisasi perekonomian domestiknya masing-masing.
"Menurut saya yang sangat penting adalah mendorong atau memodernisasi ekonomi domestik agar tidak terlalu terpengaruh oleh faktor eksternal," jelas Kanda dalam kunjungannya ke PLTS Sengkol di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat pada Senin (21/7/2025).
Menurut Kanda, salah satu hal yang perlu dilakukan negara-negara Asean, termasuk Indonesia, adalah melakukan diversifikasi. Hal tersebut perlu dilakukan mulai dari diversifikasi industri pada sektor yang lebih kompetitif hingga ke optimalisasi rantai pasok (supply chain).
Selain itu, negara-negara juga perlu merancang kebijakan makroekonomi yang sehat, baik dari sisi fiskal maupun moneter. Kanda menuturkan, hal tersebut krusial agar negara-negara Asia Tenggara mampu menahan guncangan ketidakpastian eksternal.
Kemudian, negara-negara Asean juga perlu meningkatkan konektivitas dan kerja sama regional. Kanda menjelaskan, hal ini dilakukan bukan hanya di lingkup Asean, tetapi juga melalui berbagai inisiatif regional lainnya.
Baca Juga
Dia menuturkan, ADB siap mendukung upaya peningkatan kerja sama yang dilakukan oleh Asean baik antara negara anggotanya maupun dengan organisasi kerja sama regional lainnya.
"Kami memiliki pandangan yang sama bahwa situasi saat ini sangat menantang, namun ADB berkomitmen untuk bekerja sama dan membantu negara-negara melewati masa sulit ini," ujarnya.
Sebelumnya, ADB mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5% untuk 2025, meski lembaga tersebut memangkas ekonomi kawasan Asia dan Pasifik.
Dalam laporan terbaru Asian Development Outlook (ADO) April 2025, produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5% pada 2025 dan meningkat menjadi 5,1% pada 2026.
ADB menilai konsumsi swasta yang stabil dan peningkatan investasi secara bertahap akan menopang pertumbuhan, dengan belanja sosial berbasis masyarakat yang kuat yang memungkinkan distribusi pendapatan yang lebih merata.
“Permintaan domestik akan menjadi pendorong utama pertumbuhan, mengimbangi ekspor neto yang terbatas,” tulis ADB.