Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPN DTP Diperpanjang, Pasar Properti Diproyeksi Bergeliat

Kebijakan perpanjangan insentif PPN DTP 100% hingga akhir 2025 diyakini dapat memacu penjualan rumah tapak di Jabodetabek.
Foto udara proyek pembangunan perumahan di kawasan Cikadut, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025)/JIBI/Bisnis/Rachman
Foto udara proyek pembangunan perumahan di kawasan Cikadut, Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1/2025)/JIBI/Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia memproyeksi kinerja penjualan rumah tapak di wilayah Jabodetabek bakal terakselerasi sepanjang 2025.

Head of Research JLL Indonesia, Yunus Karim menjelaskan bahwa optimisme pasar itu sejalan dengan keputusan pemerintah memperpanjang implementasi insentif bebas PPN atau PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100% hingga akhir 2025.

"Memang dengan adanya perpanjangan insentif pajak 100% di sepanjang paruh kedua ini, diharapkan juga tetap dapat memberikan dampak positif terhadap penjualan rumah tapak di Greater Jakarta," kata Yunus dalam Media Briefing di Jakarta, Rabu (13/8/2025).

Meski demikian, JLL mengungkap terdapat tren pelemahan pasar dalam menyerap perumahan sepanjang semester I/2025. Sejalan dengan hal itu, suplai perumahan sepanjang paruh pertama juga menurun 49% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Yunus memperkirakan, pelemahan penjualan rumah itu terjadi di saat berakhirnya insentif PPN DTP 100% pada Juni 2025. Sehingga, terdapat gap implementasi bebas PPN yang baru kembali diimplementasikan pada Juli 2025.

"PPN yang 100% itu sudah berakhir di bulan Juni, meskipun kita tahu di bulan Juli akhirnya kembali diperpanjang. Tapi ada gap yang akhirnya mungkin membuat pengembang juga tetap berhati-hati, memantau pergerakan pasar," ujarnya.

Dari segi segmentasi pasar, konsumen kelas menengah bawah cenderung dinilai lebih ragu-ragu dalam melakukan pembelian karena mempertimbangkan ketidakpastian kondisi ekonomi.

Namun demikian, segmen menengah atas diklaim masih menunjukkan ketahanan dengan aktivitas transaksi yang lebih besar.

"Memang untuk kelas segmen yang menengah dan menengah ke atas itu cenderung bisa lebih stabil dan tetap kita bisa bilang melakukan pemilihan perumahan," tandasnya.

Berdasarkan laporan yang disampaikan, rata-rata penyerapan rumah di Jabodetabek selama 5 tahun belakangan ada di angka 13.100 unit rumah. Namun demikian, sepanjang semester I/2025 total penyerapan rumah tapak baru ada di angka 3.900 unit.

Berdasarkan harganya, rumah harga Rp600 juta hingga Rp1,3 miliar menjadi yang paling banyak diserap pasar mencapai 30% dari total penjualan.

Kemudian, di posisi kedua ditempati oleh penjualan rumah dengan harga Rp1,3 miliar hingga Rp2 miliar.

"Kita bisa lihat bahwa ada perubahan untuk segmen [menengah atas yang melakukan pembelian rumah] dari harga Rp1,3 miliar hingga Rp2 miliar, yang kita lihat ada pergerakan, saat ini di atas 25%," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro