Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Kaji Dampak Perbaikan Smelter, 100.000 Ton Konsentrat Tak Terserap

Perbaikan smelter PT Smelting menyebabkan 100.000 ton konsentrat tembaga milik Freeport tak terserap.
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) mengonfirmasi bahwa pabrik oksigen di salah satu unit smelternya yang dikelola PT Smelting tengah dalam perbaikan. Hal ini menyebabkan kapasitas penyerapan konsentrat tembaga berkurang. 

VP Corporate Communications PTFI Katri Krisnati menuturkan, perbaikan pada pabrik oksigen di PT Smelting telah menyebabkan penundaan startup fasilitas smelter, setelah shutdown selama 1 bulan untuk perawatan. Alhasil, smelter tersebut tak bisa menyerap sebagian konsentrat tembaga yang dihasilkan dari tambang di Grasberg, Papua.

Perlu diketahui, kapasitas pemurnian konsentrat di smelter PT Smelting mencapai 1,3 juta ton per tahun. Adapun, smelter yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur ini, 65% sahamnya dimiliki oleh PTFI dan sisanya 35% dimiliki oleh PT Mitsubishi Material Corporation.

"Dengan demikian, penundaan startup ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 100.000 ton konsentrat tidak dapat diproses," jelas Katri kepada Bisnis, Selasa (19/8/2025).

Namun, Katri tak memerinci terkait waktu yang dibutuhkan untuk proses perbaikan smelter tersebut. Menurutnya, PTFI masih mengkaji lebih dalam dampak dari perbaikan fasilitas oksigen pada smelter PT Smelting tersebut.

"Kami sedang melakukan analisis mendalam terhadap dampak penundaan ini terhadap operasi produksi upstream PT Freeport Indonesia," katanya.

Diberitakan Bloomberg sebelumnya, Freeport tiba-tiba menawarkan konsentrat tembaga dalam jumlah di luar perkiraan ke pasar ekspor setelah terjadinya gangguan di smelter PT Smelting. Hal ini memberikan sedikit angin segar dalam jangka pendek bagi smelter-smelter yang menghadapi kelangkaan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Penghentian operasi smelter PT Smelting tersebut membebaskan hingga 100.000 ton konsentrat tembaga dari Grasberg, kata sumber yang meminta tidak disebutkan namanya karena sifat informasi yang sensitif secara komersial. Freeport disebut berupaya mengirimkan kargo konsentrat tersebut secepat mungkin karena izin ekspor konsentrat hanya berlaku sampai dengan pertengahan September 2025.

“Mereka menawarkannya ke pasar secara tiba-tiba,” ujar Albert Mackenzie, analis tembaga di Benchmark Mineral Intelligence. “Sebagian besar smelter sebenarnya sudah mengamankan kebutuhan mereka untuk beberapa bulan ke depan, jadi saya rasa itu salah satu alasan mengapa hal ini membuat dampaknya terasa begitu mengejutkan.”

Meski volumenya relatif kecil terhadap pasar tembaga global, pasokan ini memberikan dorongan jangka pendek yang signifikan terhadap suplai spot bagi smelter yang sedang kesulitan mendapatkan bahan baku setelah kapasitas pengolahan global meningkat.

Pasokan tembaga dari tambang belum mampu mengejar pertumbuhan kapasitas smelter di China dan negara lain, menyebabkan kelangkaan bijih di seluruh dunia semakin parah akibat meningkatnya permintaan dari para trader. Seiring memburuknya kelangkaan ini, smelter-smelter terpaksa menerima penurunan tajam biaya pengolahan dalam kontrak pasokan mereka.

Biaya pengolahan dan pemurnian ini—dikenal sebagai treatment and refining charges (TC/RC)—biasanya dipotong dari harga bijih dan umumnya menyumbang sekitar sepertiga pendapatan smelter. Namun, sepanjang 2025, biaya tersebut di pasar spot justru berada di level negatif, menciptakan dinamika pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana smelter kini justru dikenakan biaya untuk mengolah konsentrat, alih-alih dibayar untuk melakukannya.

Beberapa pembeli di China telah menerima penawaran untuk kargo konsentrat dari Grasberg yang akan dikirim pada Agustus dan September 2025 dengan biaya pengolahan antara -US$20 hingga -US$30 per ton, kata beberapa sumber.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro