Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontraksi Laba Industri China Melambat, Manufaktur Jadi Penopang

Kontraksi laba industri China melambat pada Juli 2025, didukung sektor manufaktur yang kuat. Laba manufaktur naik 6,8%, meski permintaan domestik melemah.
Aktivitas salah satu pabrik di China./Bloomberg-Qilai Shen
Aktivitas salah satu pabrik di China./Bloomberg-Qilai Shen
Ringkasan Berita
  • Kontraksi laba industri China melambat pada Juli 2025 dengan penurunan hanya 1,5%, lebih baik dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,8%.
  • Sektor manufaktur menunjukkan kinerja kuat dengan laba naik 6,8% pada Juli, didukung oleh kebijakan pemulihan harga dan subsidi pemerintah.
  • Meskipun ada perbaikan di sektor manufaktur, margin laba industri masih tertekan oleh permintaan domestik yang lemah dan deflasi yang berkelanjutan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Kontraksi laba industri China turun dengan laju yang lebih lambat pada Juli 2025, menandakan upaya pemerintah untuk menekan kelebihan kapasitas mulai meredakan tekanan dari ketatnya persaingan produsen.

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Rabu (27/8/2025), laba industri susut 1,5% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penurunan ini merupakan yang paling kecil sejak tren kontraksi dimulai pada Mei. 

Sebelumnya, Bloomberg Economics memperkirakan penurunan mencapai 5,8% secara tahunan.

Secara kumulatif, sepanjang Januari–Juli 2025 laba industri menyusut 1,7%, lebih baik dibandingkan kontraksi 1,8% pada paruh pertama tahun.

Sektor manufaktur mencatat kinerja lebih kuat, dengan laba melonjak 6,8% pada Juli setelah hanya tumbuh 1,4% pada Juni. Produsen bahan baku, baja, dan penyuling minyak bahkan berhasil berbalik dari rugi menjadi untung pada bulan tersebut.

“Kebijakan untuk mendorong pemulihan harga secara bertahap telah diimplementasikan, sehingga profitabilitas perusahaan terus membaik,” ujar ahli statistik NBS, Yu Weining, dalam pernyataan resmi dikutip dari Bloomberg

Meski demikian, margin laba masih tertekan akibat permintaan domestik yang melemah. Ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencatat pelemahan luas pada Juli, dengan inflasi konsumen jatuh ke level nol dan pertumbuhan penjualan ritel melambat.

Harga produsen (PPI) tercatat turun selama 34 bulan berturut-turut, mengindikasikan deflasi yang berlarut-larut dan berpotensi menekan belanja rumah tangga maupun kinerja korporasi.

Di sisi eksternal, kenaikan ekspor ke pasar non-AS mampu menutup penurunan pesanan dari Amerika. Namun, indeks pesanan ekspor baru China anjlok dengan laju tercepat dalam tiga bulan terakhir, memperlihatkan prospek permintaan global yang masih suram.

Sementara itu, laba sektor pertambangan terus merosot, turun hampir 32% pada Januari–Juli 2025 secara tahunan. Penambang batu bara masih menjadi yang paling terpukul akibat kelebihan pasokan di industri tersebut.

Sebaliknya, produsen manufaktur memperoleh dukungan dari subsidi pemerintah yang mendorong perusahaan dan konsumen mengganti peralatan maupun barang rumah tangga lama dengan yang baru.

Yu menambahkan, laba industri manufaktur berteknologi tinggi melonjak 19% pada Juli, ditopang kemajuan di bidang peralatan kedirgantaraan dan semikonduktor.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro