JAKARTA: Agen tunggal pemegang merek (ATPM) menuai kritik dari para pengusaha logistik, karena dinilai kerap menganaktirikan penyediaan kebutuhan kendaraan niaga dan alat berat baik baru maupun rekondisi kepada sektor logistik.
ATPM justru terlihat lebih antusias memprioritaskan pasokan alat angkut mereka ke sektor pertambangan, agribisnis dan kehutanan karena dianggap lebih prospektif dan menguntungkan.
Keadaan tersebut diklaim mulai menyebabkan armada logistik untuk distribusi barang, inventori, angkutan pergudangan dan pemaketan nyaris lumpuh termakan usia sementara akses kepada layanan after market dalam pengadaan pasokan suku cadang dan jasa servis sangat minim.
Natsyir Mansyur, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Distribusi dan Logistik, mengatakan sekitar 20% - 30% kendaraan logistik jenis truk seperti truk ringan, tronton, gandeng, dan kelompok alat berat seperti eskavator mulai tak terurus.
Tingginya populasi kendaraan tua di sektor logistik menyebabkan biaya perawatan terus membengkak secara konstan sekitar 10% - 15% per tahun. Keadaan itu menyebabkan perusahaan pengguna logistik seperti manufaktur dan jasa pemasaran mengeluarkan biaya lebih besar untuk distribusi.
Namun, untuk mendatangkan pasokan kendaraan baru bagi kebutuhan sektor logistik sangat sulit.
"Hambatannya banyak. Mereka [ATPM] beralasan tak memiliki kemampuan pasokan. Alat angkut baru untuk sektor logistik hanya dipasok tak lebih dari 1.000 unit per tahun, sedangkan kebutuhan kami baik baru maupun alat berat rekondisi mencapai sekitar 10.000 unit per tahun," katanya kepada Bisnis hari ini.
Natsyir justru menuding ATPM lebih senang memprioritaskan penjualannya ke sektor pertambangan, agribisnis dan kehutanan.
"Mereka lebih senang jualan ke sana. Kalau ditanya, pasokannya pasti selalu ada karena banyak perusahaan yang berani membayar cash, sedangkan kami [sektor logistik] biasanya beli melalui leasing [kredit]," lanjutnya.
Selain itu, lanjut Natsyir, kendaraan yang dipesan untuk sektor logistik sangat jarang mendapatkan layanan prioritas karena biasanya selalu masuk dalam daftar tunggu (indent) diler selama 6–8 bulan. (sut)