BISNIS.COM, JAKARTA--Badan Pengatur Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyatakan konsumsi BBM bersubsidi jenis solar selama kuartal pertama tahun ini melebihi kuota sebesar 5%. Sementara konsumsi premium masih di bawah kuota.
Anggota BPH Migas Ibrahim Hasyim mengatakan tingginya konsumsi solar tersebut masih disebabkan masih banyaknya penyalahgunaan yang terjadi. Selain itu, kuota BBM bersubsidi jenis solar yang dipatok cukup rendah.
Adapun tingginya konsumsi solar terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. "Yang utama juga solar masih banyak penyelewengan, jadi sejak awal kita udah tekan kuotanya," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/4).
Adapun kuota solar tahun ini memang lebih rendah dari realisasi konsumsi tahun lalu, yaitu hanya 15,11 juta kiloliter dari 15,73 juta kiloliter.
Tingginya konsumsi solar bertolakbelakang dengan konsumsi premium. BPH Migas mencatat, konsumsi premium selama tiga bulan awal tahun ini justru di bawah kuota, yakni 0,3% di bawah kuota.
Meski begitu, Ibrahim mengingatkan bahwa kondisi seperti ini harus tetap diawasi. “Harus diingat konsumsi premium ini tidak flat sepanjang tahun. Konsumsi premium nantinya akan semakin meningkat," jelas Ibrahim.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, konsumsi solar dan premium pada kuartal pertama ini masih lebih tinggi. Tahun lalu, kenaikan konsumsi paling tinggi terjadi untuk premium yang mencapai 4,2% dari tahun lalu.
Dengan realisasi konsumsi premium kuartal pertama tahun lalu sebesar 6,71 juta kiloliter, sementara konsumsi hingga Maret ini mencapai 6,99 juta kiloliter.
Untuk solar, konsumsinya lebih rendah dari kuartal pertama tahun lalu, yakni turun 0,35% dari tahun lalu. Adapun konsumsi per Maret 2012 adalah sebesar 3,697 juta kiloliter, sedangkan konsumsi solar tahun ini yaitu 3,684 juta kiloliter.
PT Pertamina (Persero) sendiri mencatat realisasi penyaluran premium dan solar Pertamina hingga kuartal I 2013 mencapai 10,74 juta kiloliter atau 100,6% terhadap kuota penyaluran BBM bersubsidi pada periode tersebut.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir mengatakan melampauinya realisasi penyaluran tersebut terutama disebabkan oleh konsumsi Solar bersubsidi yang telah berada 5,2% di atas kuota.
“Terlampauinya kuota tersebut, salah satunya dipicu oleh realisasi penyaluran solar bersubsidi yang telah mencapai 3,70 juta KL atau 105,2% dari kuota yang ditetapkan,” paparnya.