Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah, Insentif Penurunan Pajak Ekspor Sawit Bisa Jadi Solusi

Bisnis.com, JAKARTA – Guna menyelamatkan rupiah dari pelemahan lebih lanjut terhadap dolar AS, pemerintah perlu memberikan insentif berupa kemudahan aturan dan penurunan pungutan ekspor bagi peningkatan ekspor komoditas primer, terutama minyak

Bisnis.com, JAKARTA – Guna menyelamatkan rupiah dari pelemahan lebih lanjut terhadap dolar AS, pemerintah perlu memberikan insentif berupa kemudahan aturan dan penurunan pungutan ekspor bagi peningkatan ekspor komoditas primer, terutama minyak sawit mentah (CPO).

"Pelemahan rupiah diakibatkan defisit neraca perdagangan juga dipicu ekspor komoditas yang tidak mampu mengimbangi impor minyak dan gas. Oleh karena itu, komoditas primer khususnya sawit perlu didukung untuk mendorong ekspor agar membuat surplus neraca perdagangan Indonesia,” ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo, Senin (2/9).

Pemerintah, sambungnya, perlu serius mengkaji berbagai terobosan, seperti insentif bagi ekspor komoditas primer untuk menyelamatkan perekonomian negara.

"Insentif bagi ekspor komoditas primer dapat diberikan berupa kemudahan regulasi dan penurunan pungutan ekspor. Hal ini perlu dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis. Kalau rupiah bergerak liar, tidak tertutup kemungkinan krisis akan mengancam,” tegas Firman.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor CPO dan turunannya pada periode Januari-Juni 2013 mencapai US$9,62 miliar, sebanyak 11,34 juta ton.

Pada tahun lalu nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$21 ,29 miliar. Adapun total volume ekspor CPO Indonesia pada 2012 mencapai 16,8 juta ton.

Firman Subagyo menjelaskan pelemahan rupiah terhadap dolar AS antara lain disebabkan laju impor yang tinggi, kenaikan utang korporasi jangka pendek, dan defisit neraca perdagangan Indonesia.

“Dalam nota keuangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disebutkan asumsi rupiah berada pada level Rp9.750 per dolar AS. Ini berbahaya karena sekarang rupiah sudah menyentuh level Rp11.000 per dolar AS,” tegasnya.

Seperti diketahui, pemerintah sedang mengkaji sejumlah insentif untuk mendorong peningkatan volume ekspor dan perbaikan neraca pembayaran.

”Guna mengatasi pelemahan rupiah, strategi yang coba diusulkan salah satunya adalah perbaikan neraca pembayaran dengan mengupayakan peningkatan ekspor. Karena dengan kurs saat ini, sebenarnya eksportir bisa meningkatkan volume, terutama  penghasil CPO dan kakao di luar Jawa," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper