Bisnis.com, JAKARTA - Kontrak jual beli gas atau gas sales agreement (GSA) untuk pengalihan (swap) pasokan dari Lapangan Gajah Baru, Natuna Sea Block A ke Jawa Barat akhirnya ditandatangani, dan mulai mengalir pada Mei 2014.
Gde Pradnyana, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan swap gas itu dilakukan karena pipa gas yang menuju Batam belum selesai dikerjakan. Padahal, 40 juta kaki kubik (million standard cubic feet per day/MMscfd) gas dari Lapangan Gajah Baru rencananya akan digunakan untuk pembangkit listrik di Batam.
“Karena tidak ada infrastruktur pipa gas ke Batam, maka gasnya dialihkan ke Jawa Barat melalui PGN dan PLN. Kontraknya juga sudah ditandatangani seminggu lalu,” katanya di Jakarta, Senin (18/11).
Proses swap gas dari Gajah Baru itu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang ditandatangani pada 26 Oktober 2011. Beleid itu memungkinkan 40 MMscfd gas dari Gajah Baru masuk ke pembeli gas ConocoPhillips di Singapura, kemudian gas dari Lapangan Grissik yang dikelola ConocoPhillips akan memasok Jawa Barat.
Nantinya, 25 MMscfd dari total gas itu akan diberikan kepada PGN, pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Muara Tawar akan mendapatkan 5 MMscfd, dan 10 MMscfd sisanya akan diberikan kepada badan usaha milik daerah Banten. Awalnya, seluruh gas dari lapangan yang dikelola Premier Oil akan diberikan kepada PLN.
Elan Biantoro, Kepala Divisi Humas SKK Migas, mengatakan kontrak jual beli untuk swap gas tersebut berbeda dengan kontrak lainnya. Biasanya, kontrak jual beli langsung menentukan kapan gas mulai dialirkan, sedangkan kontrak yang ditandatangani PLN, PGN, Gas Suplly Pte Ltd, dan Sembcorp Industries Ltd, serta Premiere Oil dan ConocoPhilips sebagai penjual.
“Belum dipastikannya kapan gas dialirkan, disebabkan Premier Oil masih harus menyelesaikan beberapa persoalan dengan pembeli di Singapura,” ujarnya.
Sementara itu, Suryadi Mardjoeki, Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN, membenarkan pihaknya hanya mendapatkan 5 MMscfd gas dari mekanisme swap itu. Berdasarkan perjanjian jual beli yang sudah diteken, PLN membeli gas itu seharga US$9,7 per juta british thermal unit (million british thermal unit/mmbtu).
Akan tetapi, gas dari mekanisme swap itu baru akan mengalir paling lambat Mei 2014, dengan jangka waktu 18 bulan sejak gas mengalir untuk pertama kali. Dengan pasokan 5 MMscfd untuk PLTGU Muara Tawar, PLN dapat menghemat hingga US$75.000 per hari, karena dapat menggantikan konsumsi BBM yang mencapai 135 kiloliter per hari.
Menurutnya, pasokan gas dari Lapangan Gajah Baru setelah mekanisme swap berakhir harus diprioritaskan untuk PLTGU Tanjung Uncang milik PLN, dan PLTGU milik PT Universal Batam. Kedua pembangkit itu sendiri telah siap menerima gas pada 2014, setelah pipa Pemping-Batam selesai pada Juni 2014.
Mekanisme swap itu tidak akan berakhir, meskipun infrastruktur pipa gas yang menuju Batam selesai di Bangun. Swap akan terus dilakukan hingga batas waktu yang disepakati, karena kebutuhan gas di Batam akan dipenuhi oleh ConocoPhillips.
Mekanisme swap ini diharapkan mampu membebaskan pemerintah dari kewajiban membayar pinalti senilai Rp5 miliar per hari, karena gagal pasok. Mekanisme itu juga diharapkan memberikan tambahan pendapatan negara Rp5,4 triliun per tahun, dan penghematan biaya operasi PLN Rp3 triliun.
Kontrak Jual Beli Gas Gajah Baru Ditandatangani
Kontrak jual beli gas atau gas sales agreement (GSA) untuk pengalihan (swap) pasokan dari Lapangan Gajah Baru, Natuna Sea Block A ke Jawa Barat akhirnya ditandatangani, dan mulai mengalir pada Mei 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lili Sunardi
Editor : Bambang Supriyanto
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu