Bisnis.com, JAKARTA - Daya saing produk industri agro dalam negeri masih lemah. Namun, dalam menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean pada Desember 2015, industri agro dalam negeri masih bisa mengandalkan konsumsi domestik yang cukup tinggi.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan saat ini banyak hal yang menghambat daya saing industri agro dalam negeri. Sebagian besar hambatan, kata Panggah, timbul akibat kurangnya perencanaan dan kebijakan yang bagus di sektor agro. Misalnya saja sulit diberantasnya para tengkulak.
“Para tengkulak itu hampir ada di setiap komoditas, pasti ada. Mereka yang suka memainkan harga dari petani sehingga harga komoditas menjadi mahal,” kata Panggah di kantor Kemenperin hari ini, Rabu (11/12/2013).
Meski begitu, industri juga mau tidak mau mengambil pasokan dari para tengkulak meskipun harga di petani lebih murah. Menurutnya, sebagian besar industri memilih mengambil pasokan bahan baku dari tengkulak lantaran tidak mau repot.
“Kalau dari petani kan harus cari satu-satu petaninya, kalau dengan tengkulak, tengkulak itu yang mengumpulkan dan industri tinggal membeli langsung dalam jumlah banyak. Sebagian besar industri itu lebih memikirkan bagaimana industrinya terus jalan tanpa ada hambatan bahan baku,” jelasnya.
Selain itu, Panggah mengatakan dalam kegiatan industri agro ada yang namanya kegiatan pascapanen. Kegiatan pascapanen maksudnya proses persiapan hasil panen, tetapi belum masuk ke pengolahan. Jadi, bisa dikatakan proses pemilahan hasil panen seperti mengeringkan atau menyimpan hasil panen.
“Yang jadi hambatan itu, proses ini (kegiatan pasca panen) dikenakan pajak sehingga tidak berkembang. Bisa dibilang, daya saing kita lemah dipascapanen,” tambahnya.