Bisnis.com, JAKARTA--Meskipun situasi dan fundamental ekonomi saat ini relatif baik, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengemukakan, Indonesia mewaspadai duatantanganbaruekonomiduniayaitujelangberakhirnyasukubungamurahnegaramajudandampakpelemahanekonomi Asia utamanya China, Jepangdan India.
Menurutnya, pernyataan Janet Yallen, Gubernur Bank SentralAmerikaSerikat (The Fed),setelahpertemuaan FOMC (Komite Bank Federal), Rabu (19/3/2014) yangmemangkaskembali stimulus sebesar US$10 miliar menjadi US$55 miliar tiapbulan, serta rencana The Fed menaikkansukubungadari 0,25% menjadi 1% padaakhir 2015 dan 2,25% pada 2016 telahmenciptakankepanikan di pasarkeuangan global.
“Kondisi ini telahmemicukeluarnyadanaasingdaripasarkeuangan AsiakembalikeAmerikaSerikat,” paparnya seperti dilansir laman Setkab, Senin (24/3/2014).
Sebenarnya, lanjut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, awalbulan ini kepercayaan investor global semakintinggi, seiringdengansemakinmembaiknya fundamental ekonomidanstabilnyasituasipolitikdi Asia Tenggara.
Ia menunjuk data dari BloombergsepanjangduapekanawalMaret, di mana investor asingmencatatkanpembeliansaham di Indonesia, Thailand dan Filipina mencapai US$1,6 miliar. “Inilah yang berkontribusipadapeningkatanIHSG danapresiasinilaitukar rupiah terhadap dollar AS.”
Namunpascapengumumanhasilrapat FOMC The Fed terakhir, lanjutnya, telahmembuatpasarkeuanganpanik.
Sejumlahmatauangseperti baht Thailand, peso Filipina, yuan China, ringgit Malaysiadan won Korea Selatan terdepresiasicukuptajamterhadap dollar AS. Adapun Rupiah, padapenutupanperdaganganKamis (20/3/2014) terdepresiasisebesar 1,16% menjadiRp. 11.446,3 per dolar AS.PadapenutupanperdaganganJumat (21/3/14) rupiah kembalimenguat 0,18% menjadiRp11.425 per dolar AS.
Firmanzah menyebutkan efekkepanikanpasarjugatercerminpada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),yang padapenutupankamissempatturun 122,48 poinatau 2,54% danmenyentuh 4.698,97.Sebelum kemudian ditutupmenguat tipis 1,24 poinpadaperdaganganJumat danberada di level 4.700,21.
Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan itu menambahkan dalamjangkapendek, ekonomi Indonesia (2014-2016) akandisibukkandenganperumusankebijakanantisipasipengurangandanpenghentian Quantitative Easing (QE) III, dandinaikkannyasukubungaacuan The Fed.
“Pembalikan modal kenegaramajuperlukitaantisipasibersamakarenaberdampakkepadanilaitukar rupiah, IHSG, inflasi, cadangandevisa, neracaperdagagandanneracapembayaran,” tutur Firmanzah.
Selain harus fokusuntukmengantisipasiarus pembalikan modal itu, menurut Firmanzah, Indonesia juga harus memberikan perhatian yang seriusterhadap pelemahanekonominegara-negarautama Asia seperti China, Jepangdan India.
Ia menyebutkan sepanjang 2013 hinggatriwulan 1-2014, ekonomiJepang, Tiongkokdan India terusmelemah, sertamengalamiperlambatan diluarperkiraanbanyakkalangan.Antisipasipembalikanarahpertumbuhannegara-negarabesar Asia sepertiJepang, IndiadanChina, kata Firmanzah, membutuhkanperhatiankhususmengingatdampaknyaberpeluangbesarmenekanekonomi Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Firmanzah menjelaskan ekonomiJepang yang merupakannegaradenganekonomiterbesarketiga di duniasemakintertekanaknuari 2014 yang mencapai 1,59 triliun yen atausekitar 15.4 miliar dolar AS.
Apa Tantangan Perekonomian Jangka Pendek?
Meskipun situasi dan fundamental ekonomi saat ini relatif baik, Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengemukakan, Indonesia mewaspadai dua tantangan baru ekonomi dunia yaitu jelang berakhirnya suku bunga murah negara maju dan dampak pelemahan ekonomi Asia utamanya China, Jepang dan India.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
43 menit yang lalu
Sritex Ajukan PK Usai Kasasi Pailit Ditolak Mahkamah Agung
1 jam yang lalu