Bisnis.com, JAKARTA – Biaya konstruksi diperkirakan melonjak dalam beberapa tahun ke depan menyusul meningkatnya harga baja.
Lembaga riset asal Australia, IBISWorld memperkirakan harga baja tiap tahun akan meningkat 2,2% dalam kurun waktu 3 tahun ke depan.
Hal itu, jelas lembaga tersebut, dipicuo leh meningkatnya permintaan dari industri konstruksi dan pasar real estate yang bertumbuh tinggi di seluruh dunia, seperti di Shanghai, Beijing, Tokyo, Dubai, Abu Dhabi, New York dan Miami.
“Peningkatan permintaan ini sekarang memberi tekanan pada harga yang mengarah ke peningkatan biaya produk konstruksi yang terkait dengan penggunaan baja,” ungkap laporan, seperti dikutip dari World Property Chanel, Minggu (30/3/2014).
Sebagai baha baku utama untuk banyak produk konstruksi dan peralatan industri, baja memiliki tingkat volatilitas harga yang signifikan di tengah kondisi resesi ekonomi beberapa tahun lalu. Ketika industri konstruksi dan industri lainnya terkena dampak krisis, permintaan baja anjlok hingga 25,1% pada 2009.
“Setelah sempat naik dua tahun berikutnya, harga baja menurun secara keseluruhan 3,8 pada 2011-2014,” jelasnnya.
Namun, dengan harga baja diperkirakan akan meningkat selama tiga tahun ke depan seiring kuatnya industri konstruksi, IBISWorld memprediksi harga produk berbasis baja akan melonjak hingga 2017.