Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua Himpunan Ahli Pelabuhan Indonesia (HAPI) Wahyono Bimarso meragukan kehadiran dua hub internasional yaitu Kuala Tanjung dan Bitung bisa terlaksana dalam waktu dekat.
Bahkan, menurutnya, untuk proses pembangunan dan pengembangan baru mungkin dimulai tiga tahun mendatang.
“Karena itu, tidak masuk akal dalam waktu dekat dimulainya, sebab harus melalui proses, untuk studinya belum rampung. Terlebih setelah itu harus dibuat Masterplannya, makan waktu 6 bulan, design, lantas tendernya, jadi masih lebih lama dari yang dikatakan mereka,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (1/5/2014).
Persoalan lebih kompleks lagi terletak pada fungsi yang dimainkan keduanya nanti.
Menurut Wahyono, hanya Kuala Tanjung yang memungkinkan dapat langsung beroperasi sebagai hub internasional, karena letaknya di Selat Malaka yang volume niaganya cukup besar.
“Kalau di Bitung, belum ada pasarnya. Sedangkan di Kuala Tanjung, ada pasar yang cukup besar, untuk peti kemas saja ada 40 juta TEUs per tahun di sana,” paparnya.
Berangkat dari analisinya, Wahyono mengatakan butuh upaya ekstra menjadikan Bitung sebagai hub internasional. “Apakah pemerintah bisa memindahkan industri semisal Jababeka ke Bitung, kalau tidak bisa, ya sulit,” tegasnya.
Untuk membangun pelabuhan hub internasional, sedikitnya pemerintah membutuhkan investasi senilai Rp30 triliun.
Perhitungan tersebut didasarkan pada kebutuhan pelabuhan hub internasional dengan kemampuan menampung kapal bervolume 18.000 TEUs.
Hal itu dikatakan Direktur National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi.
Dia mengatakan, untuk Pelabuhan Kalibaru (Pelindo II), yang memiliki kemampuan menampung kapal berbobot 10.000-15.000 TEUs, memakan biaya sekitar Rp24 triliun.
“Investasinya bakal lebih dari Kalibaru,” ujar Siswanto.