Bisnis.com, JAKARTA -- Volatilitas rupiah yang tinggi mulai berdampak terhadap industri yang bergantung pada bahan baku impor, tetapi hasil produksinya dijual di pasar domestik, seperti industri plastik.
Sekjen Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplast) Fajar Budiyono mengatakan rupiah yang fluktuatif selama hajatan pemilu tahun ini semakin membuat pelaku usaha sulit memperkirakan biaya bahan baku.
Di sisi lain, pengusaha hanya dapat menaikkan harga jual produk di pasar domestik secara terbatas.
"Kami kena pukulan dobel. Sudah pasokan bahan baku terhambat karena beberapa pabrik di Asean tutup, dolarnya fluktuasi begini. Harga bahan baku jadi tambah mahal," katanya saat dihubungi, Minggu (13/7/2014).
Pada saat yang sama, pengusaha tidak dapat mengerek ekspor untuk memperlebar margin. Pasalnya, insentif untuk ekspor tidak lagi menarik sejak Ditjen Pajak menempuh kebijakan pengembalian kelebihan (restitusi) pajak pertambahan nilai setahun setelah akhir tahun buku.
Akibatnya, porsi ekspor yang tadinya 20% dari produksi, kini malah tergerus menjadi hanya 12,5%.
INDUSTRI PLASTIK TERJEPIT: Bahan Baku Menipis, Harga Melambung
Volatilitas rupiah yang tinggi mulai berdampak terhadap industri yang bergantung pada bahan baku impor, tetapi hasil produksinya dijual di pasar domestik, seperti industri plastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
10 jam yang lalu