Bisnis.com, BITUNG – Aktivitas perniagaan melalui Pelabuhan Bitung diharapkan meroket tajam pascaditerapkannya protokol Indonesia National Single Window (INSW) pada 18 September nanti. Selain itu, portal tersebut diharapkan dapat mengurangi 'biaya tak terduga' yang harus dikeluarkan importir.
Fitra Kristianto dari Kantor Bea dan Cukai Bitung mengungkapkan pihaknya optimistis kegiatan ekspor-impor di Pelabuhan Bitung akan melesat setelah penggunaan INSW menjadi mandatori. Secara infrastruktur, Bitung juga yang paling siap menjadi simpul regional Indonesia Timur.
Sebenarnya, ungkap Fitra, selama 4 tahun terakhir aktivitas bongkar muat di sana relatif tidak signifikan, tercermin dari jumlah PIB yang tercatat di kantor BC setempat. Kegiatan impor lebih sedikit ketimbang ekspor.
“Sebelum impor produk tertentu diizinkan, [Pelabuhan Bitung] hanya memproses impor barang-barang untuk konstruksi. Sedangkan untuk ekspor, yang paling banyak melalui Bitung adalah produk perikanan, dan CPO. Penerimaan kami justru lebih banyak dari bea keluar,” katanya, Kamis (4/9/2014)
Dia menambahkan untuk mengantisipasi proyek pemerintah tersebut, pihaknya telah menggencarkan sosialisasi, persiapan SDM, dan pembenahan infrastruktur. “Sekarang tinggal importirnya saja yang menyesuaikan dengan INSW ini.”
Wamen Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam kunjungannya ke BC Bitung menambahkan INSW akan meningkatkan kecepatan pelayanan, mengurangi biaya-biaya yang dibutuhkan, meningkatkan efektivitas pengawasan, validitas, dan akurasi data.
“Saya berharap fasilitas layanan publik ekspor impor yang terintegrasi secara elektronik dan dapat diakses melalui jaringan Internet dapat mengurangi biaya-biaya yang tak terduga. Selain itu, pengawasan terhadap validitas data dapat menjadi akurat,” simpulnya.