Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menegaskan penaikan BI Rate 25 basis poin menjadi 7,75% merupakan upaya untuk mematahkan ekspektasi inflasi atas naiknya harga BBM bersubsidi.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan dalam 1-2 bulan terakhir ada ekspektasi inflasi yang meningkat lantaran isu pemerintah akan menaikkan harga BBM subsidi.
"Itu semua bisa terdesak oleh ekspektasi inflasi. Ini kalau dibiarkan bisa berkelanjutan. Oleh karena itu, BI melihat faktor ekspektasi inflasi ini harus dipatahkan," katanya di kantor Wakil Presiden, Kamis (20/11/2014).
Instrumen BI Rate dipilih untuk mengejar target inflasi sebesar 4,4% atau 4% plus minus 1% pada 2015. Kebijakan tersebut diklaim sebagai kebijakan moneter yang konsisten.
"Jadi secara umum BI mengambil posisi menaikkan BI Rate adalah untuk meyakinkan inflasi akan ada di range yang kita targetkan 4% plus minus 1% di 2015," imbuhnya.
Pasca bergulirnya kebijakan Otoritas Moneter tersebut, pemerintah pusat dan daerah diimbau menindaklanjuti pengendalian inflasi terkait biaya transportasi dan pengendalian harga pangan.
Agus menambahkan ekspektasi inflasi perlu dikelola agar tidak menekan laju perekonomian dan mencapai neraca transaksi berjalan yang lebih sehat.
"Transaksi berjalan yang lebih sehat itu bukan berarti yang positif, tetapi yang penting antara -3% sampai -2,5%. Yang utama, BI memberikan pesan terkait pentingnya konsistensi menjaga posisi stabilitas ekonomi makro," kata Agus.