Bisnis.com, MANADO—Bank Indonesia mendorong Minahasa Tenggara sebagai kabupaten kedaulatan pangan di Sulawesi Utara seiring dengan besarnya potensi pangan di daerah tersebut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut), Luctor E. Tapiheru, menuturkan pihaknya ingin mewujudkan hal tersebut melalui workshop sistem pertanian terpadu ternak sapi-tanaman menuju kedaulatan pangan di daerah tersebut.
“Tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang sejahtera. Itu tentunya ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat,” ujarnya, Kamis (18/12/2014).
Dia mengatakan peningkatan kinerja sektor pertanian di daerah tersebut sangat relevan mengingat sektor pertanian menjadi sektor yang paling dominan.
Jika ditilik secara historis dalam kurun waktu delapan tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Tenggara masih berada di bawah pertumbuhan Provinsi Sulut.
“Pertumbuhan ekonomi Minahasa Tengggara pada tahun 2012 mencapai 6,43% secara year on year,masih berada di bawah angka ekonomi Sulut yang mencapai 7,86%,” jelasnya.
Luctor menuturkan hal ini merupakan tugas yang berat sehingga diperlukan sinergi lintas sektor dan pemangku kebijakan untuk mewujudkan rencana tersebut.
Menurutnya, seluruh elemen pemerintah daerah, perbankan, akademisi, dan pelaku usaha berusaha menjawab tantangan dalam upaya pengembangan sistem pertanian terpadu ternak sapi-tanaman menuju kedaulatan pangan.
Pengembangan sistem ini, katanya, diharapkan mampu menghasilkan produk-produk pertanian dan peternakan yang memiliki nilai tambah yang tinggi.
“Dengan demikian, diharapkan efisiensi dan efektivitas usaha dapat terwujud. Di sisi lain, itu juga dapat meningkatkan nilai produktivitas usaha,” katanya.
Asisten Direktur Perwakilan BI Perwakilan Sulut, Ignatius Adhi Nugroho, menambahkan kalangan perbankan di Sulut mendorong pengembangan sektor pertanian dan peternakan di Kabupaten Minahasa Tenggara melalui peningkatan pembiayaan di sektor itu.
Menurutnya, total kredit yang disalurkan di sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan mencapai Rp255 miliar per Oktober 2014, atau tumbuh 17% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu.
“Walaupun ekspansi di sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan mengalami peningkatan, pangsa kredit sektor tersebut terhadap total kredit masih relatif kecil, yakni baru 6%,” tuturnya.