Bisnis.com, CIREBON - Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat mengaku resah dengan kondisi industri gula yang semakin terpuruk dan mengakibatkan banyak petani tebu berganti komoditas bahkan berganti profesi.
Ketua DPD APTRI Jabar Anwar Asmali mengatakan lahan tebu khususnya di Jabar semakin berkurang karena banyak petani beralih menanam komoditas lain yang dianggap lebih prospektif dan menguntungkan dibanding menanam tebu.
Dia menuturkan turunnya semangat petani akibat kondisi industri gula nasional sejak 2 tahun terakhir sangat tidak menguntungkan petani baik dari sisi hasil produksi, rendemen ataupun harga jual gula.
“Produksi gula turun, rendemen juga rendah dan ditambah harga anjlok akibat banyaknya gula impor,” katanya, Kamis (30/4/2015).
Anwar mengungkapkan pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih kepada para pelaku usaha industri gula nasional dan jangan hanya memperhatikan kalangan importir.
“Kebutuhan gula masyarakat hanya 10% dari kebutuhan beras, jika harganya sedikit lebih mahal, hal itu tak akan terlalu memberatkan,” ujarnya.
Pihaknya juga menyoroti gula rafinasi yang kian membanjiri pasar menyebabkan penyerapan gula dari petani rendah
Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI Sumitro Samadikun mengatakan membanjirnya gula rafinasi sangat menekan para petani tebu mulai 2013 lalu yang menyebabkan harga gula lokal anjlok.
“Pada 2013 lalu pemerintah mengizinkan impor raw sugar sebanyak 4,5 juta ton dan jauh lebih tinggi dari total kebutuhan gula nasional,” katanya.
Sumitro mengungkapkan dengan total produksi gula dalam negri sebanyak 2,7 juta ton/tahun dengan nilai Rp25 triliun, harusnya jadi pertimbangan bagi pemerintah untuk turut menjaganya dengan berhati-hari saat akan impor gula.
“Kalau tahun ini harga gula anjlok lagi akibat impor raw sugar, habislah kelangsungan budidaya tebu rakyat dan industri gula nasional,” ujarnya.
Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gaperindo) Jabar mengeluhkan perizinan impor gula dari pemerintah yang dinilai sangat merugikan para petani.
Pasalnya, produktivitas tebu Jabar saat ini dapat dikatakan baik, tapi harga jual terus merugi.
Ketua Gaperindo Jabar Mulyadi Sukandar mengatakan kerugian petani tebu karena gula impor sudah membanjiri pasar dalam negeri.
"Hal tersebut jelas mengganggu pasokan dan permintaan," ujarnya.
Menurutnya, perizinan impor gula rafinasi ke Jabar terbilang sangat bebas dan tidak disesuaikan dengan kondisi hasil perkebunan saat ini. Faktanya, waktu impor tidak disesuaikan dengan saat-saat ketersediaan gula hasil pertanian tebu Jabar.
Mulyadi berpendapat ini sangat menganggu distribusi dari harga jual hasil tebu. "Harga jual di petani Rp8.000, sementara harga impor jauh lebih murah," lanjutnya.
Industri Gula Kian Terpuruk, Petani Tebu di Jabar Resah
Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI Jawa Barat mengaku resah dengan kondisi industri gula yang semakin terpuruk dan mengakibatkan banyak petani tebu berganti komoditas bahkan berganti profesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar M. & Maman Abdurahman
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Topik
Konten Premium