Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerimaan Royalti Batu Bara di Balangan 2016 Ditargetkan Naik 80%

Batu bara/JIBI-Alby Albahi
Batu bara/JIBI-Alby Albahi

Bisnis.com, BALANGAN, Kalsel - Penerimaan royalti batu bara Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, pada 2016 direncanakan naik hingga 80% dari sebelumnya hanya Rp474 miliar menjadi Rp918 miliar.

Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Balangan Zulkifli mengatakan royalti daerah ini harus dibagi dengan Hulu Sungai Utara, yang merupakan kabupaten induk.

"Mulai tahun 2016, royalti yang diterima Kabupaten Balangan tersebut tidak harus dibagi lagi, jadi seutuhnya sudah milik daerah kita," katanya, Sabtu (16/1/2016).

Royalti yang akan diterima oleh Kabupaten Balangan tersebut, kata dia, berasal dari hasil pengerukan kekayaan alam berupa batu bara oleh PT Adaro Indonesia yang beroperasi di Bumi Sanggam.

Namun, kata dia, kenaikan bagi hasil tersebut belum masuk kas daerah, sehingga belum bisa dimasukkan secara keseluruhan pada APBD murni 2016.

"Uangnya belum ditransfer oleh pemerintah pusat ke kas daerah, dan sistem proses pencairan dalam setahun biasanya tiga tahap, tidak langsung semua," ungkapnya.

Dana yang ditransfer pun, kata dia, tidak sepenuhnya, hanya sekitar 70% dari total royalti. Seperti contoh, pada 2015, dari jatah Rp474 miliar dana royalti, hanya Rp342 miliar yang diterima Pemkab Balangan.

"Kemungkinan tahun ini juga seperti itu, hanya 70% dana yang akan ditransfer," tuturnya.

Sebelumnya, perusahaan batu bara nasional PT Adaro Indonesia di Kabupaten Balangan, menargetkan produksi batu bara pada 2016 sebesar 52,2 juta ton turun dibanding target 2015 sebesar 54 juta-56 juta ton.

GMR Department Head PT Adaro Indonesia Kabupaten Tabalong-Balangan, Hikmatul Amin mengatakan, lesunya batu bara di pasar global berdampak bagi industrinya di Indonesia, tak terkecuali PT Adaro Indonesia.

Dengan demikian, kata dia, pada 2016 PT Adaro terpaksa melakukan penyesuaian pasar antara lain dengan mengurangi target produksi menjadi 52,2 juta ton.

"Untuk produksi kami melakukan penyesuaian berdasarkan permintaan aktual pasar. Untuk tahun 2016, kami memasang target produksi sebesar 52,2 juta ton," katanya.

Penyesuaian tersebut, kata Hikmatul, merupakan salah satu strategi yang dilakukan PT Adaro dalam menghadapi kondisi perekonomian saat ini.

"Kami akan terus berusaha untuk bertahan, dengan keyakinan kesulitan yang kini terjadi akan berlalu. Saat ini kami menjalankan strategi business survival, competitive advantage dan leadership. Artinya aspek efisiensi yang tepat dan terukur harus dijalankan," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper